A Lil' Conversation :)

Wednesday, November 23, 2011

Pagi ini sekitar jam 9 saya memanfaatkan online gratisan WiFi kampus untuk mengerjakan tugas. Ya, tujuan utamanya memang browsing materi, mengerjakan tugas kuliah, namun tentunya sambil cek e-mail dan online YM. Saya lupa bahwa status YM saya masih tertulis "selang kepercayaan" (I know it's kinda weird... I made it yesterday while doing my Statistics report :p). Tiba-tiba muncul IM dari Bpk. Sukhendro Pragulo, guru saya semasa SMK. Here's the conversation :

khendro54          : Think about statistic ?
annisasekarkasih  : hei bapak... i'm browsing for my task :D
annisasekarkasih  : I think I start falling in love with Statistics, hehe
khendro54           : aha well.. should be loved..Slamat blajar dan menikmati sejuknya kota Malang, salam buat Cut.
annisasekarkasih  : insya Allah disampaikan pak, hehe
annisasekarkasih  : btw, anak bapak yg pertama (yg di aussie) itu udah nikah ya pak?
annisasekarkasih  : waaaaah =)
khendro54           : alhamdulilah nanti tgl 5 balik lg ke aussie kerja disana. Smoga nati kamu S-2 di LN  yha!
annisasekarkasih  : wah, Alhamdulillah banget pak... dapet menantu orang mana? hehe :p
annisasekarkasih  : aamiin ya Allah
annisasekarkasih  : dosen saya juga rata2 pada lulusan LN nih
khendro54           : orang betawi asli tp kerja di KBRI Canbera. Bpk yakin kamu pasti bisa, krn kamu cerdas dan punya semangat tinggi
annisasekarkasih  : aamiin
annisasekarkasih   : jujur... makin ke sini saya makin ngerasa nggak bisa apa-apa pak... :|
annisasekarkasih   : i meant... saya kan tertariknya ke statistika ekonomi, tp smstr ini tetep dapet matkul ilmu kehidupan. nah, saya agak males sama pelajarn itu... -_______-
annisasekarkasih   : hehe.. gak tau kenapa ya... saya terkesan nggak mau tau sm pelajarn lain.
annisasekarkasih   : parah... parah...
khendro54            : kadang diri sendiri tdk bs melihat potensi sendiri, semangat semangat dan semangat
annisasekarkasih   : oh iya bapak, salam juga dari Cut
khendro54           : walaikum salam
annisasekarkasih  : saya juga jd suka ekonomi karena suka sama dosennya nih, hehe.
annisasekarkasih  : bu rahma
annisasekarkasih  : beliau S1nya statistika brawijaya
annisasekarkasih  : S2nya dapet bea nuffic neso
annisasekarkasih  : S3 nya aussie
annisasekarkasih  : baru kemarin bln april jd doktor
annisasekarkasih  : tiap beliau lg ngajar, saya slalu membayangkan LN, hoho
khendro54           : woow... jadikan tokoh panutan sbg sumber inspirasi dan penumbuh semangat
annisasekarkasih  : iya
annisasekarkasih  : keren dah pokoknya
annisasekarkasih  : makin ngerasa belum menjadi apa-apa....
khendro54           : oke deh best wishes, bpk mau aktifitas dl yha...bye bye
annisasekarkasih  : bye pak
annisasekarkasih  : asslmkm
annisasekarkasih  : thx for encouraging me ya!


Semangat, Sekar!!!
Kalo orang lain yakin bahwa kamu bisa, kenapa kamunya malah nggak yakin? :p

Cerita Aku dan Sang Dosen

Saturday, November 12, 2011

Seperti biasa, setiap hari Selasa jam 14.50 kelas kami mempunyai jadwal mata kuliah Pengantar Ilmu Kehidupan. Berhubung dosen tetap untuk matkul tersebut sempat tidak berada di tanah air selama beberapa waktu yang lalu, jadilah selama ini kami mendapat dosen yang berbeda *hampir* di setiap pertemuan. Namun mulai hari Selasa kemarin  sang dosen sudah mulai mengajar.

Saya dan banyak mahasiswa lainnya datang terlambat sekitar 15 menit di kelas tersebut karena ada miscommunication dengan Ketua Tingkat (kating) kelas kami mengenai jadwal kuliah. Saat itu sang dosen sudah mulai menjelaskan tentang Sistem Pertahanan Tubuh. Begitu masuk kelas, saya memilih duduk di baris paling depan agar bisa fokus menyimak penjelasan dosen.

Tunggu.

Menyimak? Saya rasa tidak.
Saya memang duduk di baris terdepan, melihat dosen dengan jelas dan mendengar suaranya dengan jelas pula, tetapi saya rasa saya hanya MENDENGAR, bukan MENYIMAK. Saya mendengar beliau bersuara, tapi saya tidak menangkap apa yang beliau katakan. Saya memang melihat slide materi kuliah dengan jelas pada layar di depan kelas, tapi pikiran saya tak terfokus ke sana. Entahlah. Selalu begitu. Permasalahan konsentrasi belajar yang saya rasakan sejak SMK sampai sekarang belum berhasil saya selesaikan. Beberapa kali saya menanyakan pada teman-teman dan senior saya mengenai bagaimana cara agar bisa konsentrasi di kelas. Jawaban mereka beragam, namun satu poin yang saya tangkap adalah keharusan adanya FOKUS. Saya jadi bertanya pada diri saya sendiri : kemana saja saya dan apa saja yang saya lakukan selama ini?

Anyway, di akhir kuliah, sang dosen sempat menyinggung tentang kehadiran mahasiswa. Beliau berkata, “Percuma saja datang ke kelas tapi pikiran kita ada di tempat lain…”. Beliau akhirnya memberi nasihat & motivasi kepada kami. Tiba-tiba terpikir oleh saya untuk bertanya kepada beliau mengenai permasalahan yang saya hadapi (berhubung beliau juga sedang membicarakan hal itu). Namun saya mengurungkan niat untuk bertanya saat itu. Saya punya alternatif lain : e-mail.

Besoknya saya mengirim e-mail ke dosen tersebut dan berharap e-mail saya mendapat tanggapan. Dua hari berlalu…. saya tak sempat mengecek inbox e-mail karena padatnya jadwal di kedua hari itu. Ketika hari Jum’at saya membuka e-mail, ternyata saya menemukan e-mail balasan dari sang dosen. Surprisingly, beliau membalas e-mail saya di hari yang sama saya mengirim e-mail. Isinya begini :

Walaikum salam Wr. Wb

Ada beberapa sebab sehingga seseorang tidak serius terhadap suatu masalah.
Pertama, dia tidak berkepentingan terhadap masalah tersebut. Dalam kasus
ini boleh jadi masalah tersebut sebenarnya penting bagi yang bersangkutan,
namun orang itu tidak tahu bahwa masalah itu penting. Akibatnya masalah
yang penting itu benar-benar berlalu begitu saja, dan orang itu akhirnya
benar-benar tertinggal. Kedua, yang menyebabkan seserang tidak bisa serius
(tidak bisa konsentrasi) adalah pengaruh luar yang dialami baik berupa
kesedihan maupun kebahagian yang tidak terkendali. Pada kasus ini
pengaruhnya tidak lama, tergantung intensitas masalah itu. Ketiga, adalah
faktor kejiwaan yang secara bawaan ada pada diri orang tersebut. Untuk
kasus ini orang tersebut harus terus berlatih melakukan yang terbaik,
karena ini menyangkut hawa nafsu yang terus menerus menipu. Untuk kasus
terakhir ini banyak-banyaklah mohon pertolongan kepada Allah agar
mendapatkan nafsu yang dirahmati.

Selanjutnya setiap mahasiswa harus sadar bahwa mereka datang ke kampus
karena amanat orang tua untuk belajar, dan janganlah menyia-nyiakan amanat itu. Orang tua, saudara, dan famili semua ingin melihat anda sukses, maka tetaplah berusaha yang terbaik karena tidak ada penyesalan diawal waktu, namun ketika semua telah berlalu. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita, amin.

Wassalam

What a very nice answer! I thank him for that =)
Saya sudah menemukan jalan keluar, tugas saya tinggal mengaplikasikan saran-saran dari mereka yang telah mau membantu saya. Jujur, saya juga terganggu dengan ke-ti-dak-fo-ku-san saya di kelas. Saya ingin berubah! Bismillahirrahmaanirrahiim. Allah, please help me….

Saya tak mau terus-terusan berkutat dengan masalah ini.
Cuma orang bodoh yang jatuh di lubang yang sama.

Tuesday Night

Tuesday, November 8, 2011

Selintas pemandangan sederhana berhasil menginspirasi saya. Sebetulnya bukan hal yang “aneh”, tapi cukup menarik perhatian. Malam hari sekitar jam 9 ketika sebuah toko komputer sedang persiapan menutup toko, datanglah seorang ayah, ibu, dan seorang anak lelaki yang sedang hunting laptop. Pramuniaga di toko tersebut akhirnya melayani, menjelaskan spesifikasi dari beberapa laptop yang didisplay. Lama saya memperhatikan mereka. Sang ayah tampak antusias bertanya pada penjaga toko (memilihkan laptop yang terbaik untuk sang anak), sang ibu berdiri di belakang sang suami sambil memegang dompet, sedangkan sang anak justru terlihat “pasrah” dengan apapun laptop pilihan ayahnya. Ya, pemandangan yang biasa, bukan? So, what interests me???

Saat melihat “pemandangan” tersebut, tiba-tiba saya teringat keluarga saya di Tangerang sana, terutama kedua orang tua (semoga mereka dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin). Betapa saya beruntung dan bersyukur masih memiliki orang tua secara lengkap yang penuh perhatian dan kasih sayang, juga kedua saudara kandung yang membuat hidup saya makin berwarna. Saya teringat ketika pertama kali datang ke Malang untuk keperluan daftar ulang kuliah, kami pergi berlima. Ya, BERLIMA. Saya, ayah, mama, aa, dan adik. Mungkin terkesan berlebihan (daftar ulang saja kenapa harus rame-rame?), tapi begitulah adanya. Saat itu kebetulan aa sedang libur kuliah sedangkan adik saya terpaksa izin dari sekolahnya untuk beberapa hari. Hmmm. Saya merasa menjadi “primadona” ketika perhatian seluruh anggota keluarga tercurah pada saya.

Lalu saat saya berangkat ke Malang untuk kedua kalinya (menjelang ospek). Saya sangat ingat betapa menjelang tanggal keberangkatan tiba-tiba perasaan saya menjadi tak menentu. Satu kaki saya ingin segera menjejak di Malang, tapi kaki saya yang lain seolah menolak untuk meninggalkan Tangerang. Tiba-tiba juga saya nggak mau kemana-mana, maunya terus ada di rumah. Saya merasa selama ini kurang banyak menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta. Well, terkadang kita merasakan arti kehadiran seseorang justru ketika ia sudah tak ada dalam kehidupan kita.

Mama saya pernah bilang, “Kalo mama pikir-pikir, kamu tuh beruntung banget ya, Teh. Daftar kuliah dianterin orang tua, cari kosan juga ditemenin. Mama mah dulu boro-boro. Sampe mama selesai ngekos pun nenek nggak pernah tau di mana kosan mama….”. Saat mendengar itu, jujur, saya benar-benar bersyukur. Alhamdulillah. Allah sangat sayang pada saya. Allah “menitipkan” saya pada orang yang tepat. Saya berada di lingkungan keluarga yang suportif, yang selalu mendukung apapun yang saya lakukan. Saya juga punya teman-teman yang senantiasa mengingatkan saya pada-Nya, tak segan menarik saya kembali ketika saya berada di “persimpangan” dan tak segan menegur ketika saya “menyimpang”. Ah, betapa semuanya tak terlukiskan dengan kata-kata. Hanya syukur yang bisa mewakili semuanya.

Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?