What Does It Mean?

Wednesday, March 28, 2012

Sebuah pertanyaan pembuka di awal perkuliahan (Rabu, 28 Maret 2012 jam 07:35 di Ruang GS1.9)....

Saya : Di soal kuis yang minggu kemarin kan kita diberi selang kepercayaan 93% dengan α = 7%, sedangkan pada t table tidak terdapat nilai α/2 = 0,035. Lantas bagaimana cara kita mendapatkan nilainya, Pak?

Dosen : Ya lakukan pendekatan terhadap nilai yang sudah ada.

Saya : Gimana caranya?

Dosen : Kamu nggak tahu cara melakukan pendekatan? Nggak punya pacar ya? Makanya punya pacar, biar tahu caranya….
 
Saya : !@#$%^&*

My Parents, My Bestfriends ♥

Wednesday, March 14, 2012


Kali ini saya ingin bercerita betapa orang tua saya adalah teman curhat yang sangat berharga :D

Saya adalah seseorang yang senang bercerita, baik hal yang bener-bener penting maupun hal yang sebetulnya nggak penting. Biasanya, yang menjadi bahan cerita saya adalah apa yang saya baca atau dengar, apa yang sedang saya pikirkan, lakukan atau sekadar rasakan, dan bahkan siapa atau apa yang saya temui di jalan. Objek cerita favorit saya adalah beberapa teman dekat dan pastinya orang tua saya sendiri. Setelah menjadi anak rantau, rasanya semua hal yang terjadi di sini ingin selalu saya ceritakan ke mereka. Pengalaman yang serba pertama, ketemu orang-orang yang “unik”, suasana di kampus dan di kosan, ikut organisasi A B C, besok ada kuis atau ujian ini itu, main ke suatu daerah, bahkan ketika sedang ada aksi di kampus pun saya ceritakan, hehehe.

Messaging di HP adalah fasilitas yang paling sering saya gunakan untuk bercerita. Selain karena mubazir jika paket SMS harian tidak digunakan, saya pun bisa to the point dan live report mengabarkan. Tapi lewat telepon saya juga suka kok, karena bisa lebih banyak yang diceritakan, sambil tertawa, dan mengetahui langsung respon lawan bicara. Kalo kata temen-temen saya, orang tua saya termasuk orang tua yang  GAUL, mengerti dunia anak jaman sekarang. Mereka bijak dan asik diajak bicara. Mereka tau dan kenal dengan teman-teman saya. Mereka tau aktivitas saya. Mereka selalu menanggapi sms-sms curhatan saya. Mereka pun akrab dengan dunia maya (belakangan, saya baru sadar bahwa selama ini mereka “memantau” apa saja yang saya lakukan lewat Facebook dan ternyata postingan di blog saya dibaca oleh mama -_____-“).  Mereka memahami segalanya tentang saya *yaiyalah*.

Sekitar seminggu yang lalu, Ayah saya mengirim sms, menanyakan kabar dan mengatakan bahwa beliau rindu saya. SMS ini sukses membuat teman-teman saya merasa cemburu dan berkomentar, “Kok orang tuaku nggak pernah kaya gitu ya?” ^^v

Dari inbox di HP saya, teman-teman saya mengetahui bahwa orang tua saya luwes berbahasa dan sering menggunakan emoticon ketika mengetik SMS. Kemudian ada satu dari mereka yang bercerita bahwa Ayahnya menggunakan bahasa formal ketika berkomunikasi dengannya, seperti mengetik pesan tanpa ada satu kata pun yang disingkat, bahkan membahasakan dirinya sebagai “Saya” ketimbang “Bapak” :p. Teman saya bilang, “Pak, jemput di blablabla ya”. Lalu Bapaknya membalas, “Ya, saya tunggu di sana jam blablabla”. Hahahaha. Lucu nggak sih dengernya? Saya aja sampe ketawa geli, padahal itu lagi di perpustakaan XD
Terus ada lagi temen yang cerita bahwa Ibunya kalo mengirim SMS nggak pernah tuh yang namanya pake emoticon :p

Ada kontak batin antara anak dengan orang tua. Tanpa kita perlu bercerita, sebetulnya mereka mengerti apa yang kita rasakan. But, somehow, we want them to know exactly from their children, not from others, right? :)
Mungkin mereka tak merespon ketika kita bercerita, tapi yakinlah bahwa mereka tetap memantau keadaan anaknya, menyayangi kita sepenuh jiwa, dan selalu menyebut nama kita di setiap do’a :)

Oke, mungkin segini dulu postingan saya. Sepertinya cukup untuk sejenak mengobati rindu. Insya Allah lain kali akan saya ceritakan hal-hal lainnya :D

Terinspirasi dari obrolan di perpustakaan (13/3) yang membuat saya semakin bangga dengan orang tua saya dan rindu ingin segera bertemu mereka.

Mengapa Aku Ada di Sini?

Sunday, March 11, 2012

Sejak masih duduk di bangku SMP, saya sudah bercita-cita ingin kuliah di Universitas Indonesia (UI), Depok. Penyebab utamanya adalah karena "dipengaruhi" oleh orang tua dan orang-orang di sekitar saya untuk merasakan kuliah di almamater mereka. Cita-cita saya saat itu begitu membara, menggerakkan saya untuk mencari tahu segala hal tentangnya. Ketika kelas 3 SMP teman-teman saya sibuk membicarakan mau melanjutkan ke SMA mana, saya justru sibuk membandingkan UI dengan universitas lainnya. Orang-orang yang mengenal saya pasti masih ingat betapa dulu saya sangat tergila-gila. Satu tekad dalam hati, suatu hari nanti saya pasti bisa menjadi mahasiswi UI.

Sekarang... saya adalah mahasiswi Universitas Brawijaya (UB), Malang. Dulu sempat terfikir, "Mengapa saya ada di sini?". Bila dibandingkan dengan cita-cita saya waktu itu, tak sesuai, bukan? Tapi insya Allah saya tetap bahagia dan bersyukur karena saya yakin memang inilah yang terbaik bagi saya. Semua hal benar-benar terasa indah, terencana sempurna oleh-Nya. Gagal di SNMPTN (pilihan pertama saya UI dan yang kedua IPB) adalah cara Allah menempatkan saya di Universitas Brawijaya. Dia Membolak-balik hati saya sehingga beralih dari Teknik Elektro ke Statistika. Dia memberi wilayah dan medan dakwah yang baru sehingga saya makin merasakan dinamikanya yang memang seru. Dan Dia juga memberi saya tempat lain untuk menikmati indah langit-Nya yang biru agar di mata saya tak lagi tampak abu-abu karena dominasi polusi dan debu =)

Dimanapun kita ditempatkan, pasti di situlah yang terbaik, karena Allah Menghendaki sesuatu atas keberadaan kita di bumi-Nya. Dia tak memberi yang melebihi batas kemampuan kita. Dia mendewasakan kita dengan menyiapkan serangkaian pelajaran dari orang-orang ataupun kejadian-kejadian, mungkin selama ini kita yang kurang bisa memanfaatkan dan mengambil hikmahnya. Tugas kita adalah banyak belajar dan terus belajar.

Jika kau masih bertanya, "mengapa aku ada di sini?", insya Allah seiring berjalannya waktu semua itu akan terkuak dan menjadi jawaban kenapa Allah menempatkan kau di sini, bukan di sana ;)


Malang, 11 Maret 2012   5:27 PM

*sembari menunggu hujan reda