Saya Kenapa? Kenapa Saya?

Sunday, July 8, 2012

Rasanya sungguh menyesakkan ketika melihat sebuah kebobrokan namun tak mampu mengubah dengan lisan maupun tangan T.T
(status fesbuk saya pagi ini)

Saya sedang berada di puncak fase merasakan bahwa diri ini sungguh belum berbuat apa-apa. Sungguh. Seringkali saya "kecolongan" atas kesempatan-kesempatan untuk menebar kebermanfaatan. Entah bagaimana ceritanya, tapi biasanya saya baru sadar saat kesempatan itu sudah hilang dari depan mata. Errrrrrrr.

Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi-Nya. Dengan demikian, diri kita pastilah menjadi pemimpin, minimal untuk diri sendiri. Bersyukurlah jika diberi potensi yang lebih dan mau mengasah potensi tersebut hingga mampu memimpin orang lain. Allah takkan memberi beban di luar kesanggupan hamba-Nya. Kalo belum mampu memimpin diri sendiri, bagaimana kita bisa memimpin orang lain? Tugas kita yaitu memantaskan diri untuk mampu mengemban amanah besar tersebut. Takdir sudah jelas mengatakan, maka bersemangatlah mejemputnya.

Di bangku sekolah dulu saya ikut OSIS, ROHIS, English Club, dan KIR. Kenapa tulisan 'ikut' saya bedakan dalam sederet kalimat tadi? Karena memang saya merasa hanya sebatas ikut, bukan ikut yang benar-benar IKUT *ribet*. Mengikuti kegiatan yang tergolong 'waw' tersebut seharusnya berefek pada pengetahuan, pemikiran, dan kepribadian saya. Anak OSIS biasanya dianggap lebih kritis *kenyataannya memang begitu*, tapi saya terkadang masih apatis (apa tergantung permasalahannya juga ya?). Waktu itu saya pun merasa kurang maksimal menjalankan amanah sebagai Sekretaris I dan anggota Divisi Kerohanian T.T
Anak ROHIS biasanya lebih bagus akhlak dan ibadahnya, juga yang lebih tahu mengenai ilmu agama. Tapi saya belum merasa bisa untuk menjadi figur anak rohis. Zzzzzzzz. Anak English Club biasanya dikenal mahir dalam bahasa inggris dan jago berdebat *kenyataannya memang begitu*, tapi saya orangnya nggak suka debat, hahaha. Selama ini pun saya belum memanfaatkan kemampuan bahasa Inggris yang saya miliki secara maksimal dan multilevelmarketing, masih di tahap yang-penting-gue-ngerti-maknanya. Anak KIR juga memang yang dinilai paling concern dengan permasalahan lingkungan di Indonesia dan dunia, tapi saya nggak ngerti kenapa hutan-hutan di Indonesia bisa botak dengan sebegitu cepatnya. Saya nggak tahu dan seolah nggak mau tahu dengan permasalahan lingkungan Indonesia karena saya sudah cukup pusing dengan permasalahan di lingkungan saya (?). Aaaaaaaarrrgggghhhh. Saya kurang bisa mengambil pelajaran T________T
*kurang bisa atau karena nggak mau bisa?

Sekarang di bangku kuliah saya aktif di BEM, ROHIS, dan Pers Mahasiswa. Lucunya, saya masih merasakan hal yang SAMA. Anak BEM biasanya dianggap lebih kritis dan mampu berperan sebagaimana mahasiswa (iron stock, agent of change, dan social control), tapi saya kok belum bisa ya? Huaaaaaaaaa. Apa karena masih tahun pertama? *jangan alasan!!!*. Terus juga proker yang diamanahkan ke saya seharusnya menjadi agenda rutin BEMers setiap bulan. Baru dilaksanakan sekali tapi langsung menimbulkan kontroversi *nggak segitunya juga sih* hingga diputuskan takkan dilanjutkan lagi, malah sepertinya akan dihapuskan. Masih dalam proses mencari alternatif kegiatan sih, tapi apaaa? I really have no idea @_@
Berpredikat pengurus BEM tapi nggak punya kerjaan di BEM itu nggak enak lho, serasa cuma numpang nama! Alhamdulillah-nya saya masih bisa bekerja untuk BEM dengan turut mensukseskan proker PSDM yang lain :')
Anak ROHIS lagi-lagi-dan-akan-selalu dianggap sebagai yang lebih bagus akhlak, ibadah, dan ilmu agamanya seharusnya bisa "mengondisikan", tapi kenapa saya enggan menegur teman yang berpacaran di teras kosan? Di rohis mipa, saya berperan menjalin hubungan FORKALAM dengan lembaga yang lain, tapi saya belum menghubungi salah satu CP akhwat di UNAIR untuk menjalin hubungan JRMN (Jaringan ROHIS MIPA Nasional). Pun dengan status Pers Mahasiswa. HELLOOOO, saya ini bekerja di lembaga jurnalistik mipa, tapi saya belum memiliki muwashofat *guayyya* layaknya seorang pers (kritis, curious, dll). Sudah saya targetkan untuk minimal membuat empat tulisan dalam sebulan, tapi tak terealisasi dengan alasan banyaknya kesibukan #tsaaaah

Kenapa? Kenapaa? Kenapaaaa? *benturinpalaketembok*

Saya merasa amat tersiksa melihat kenyataan bahwa saya belumlah berbuat apa-apa. Lantas apa yang kelak saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah? T.T


Masih ada beberapa bulan lagi sebelum Laporan Pertanggungjawaban akhir tahun, insya Allah saya akan membereskan semua amanah yang sudah dilimpahkan. Semoga bisa. Semoga dimudahkan. Aamiin. Saya percaya bahwa perbuatan baik insya Allah akan selalu dimudahkan.
 

Saya lelah. Saya ingin berhenti dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian. Saya percaya bahwa Allah sudah membekali kita potensi untuk bisa berperan di bumi-Nya. Saya yakin manusia bisa jika memang dia INGIN BISA. Saya pun yakin bahwa saya memiliki peran dalam mengembalikan kejayaan Islam di dunia, bila dalam lingkup yang kecil mungkin di Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Saya ingin berbuat. Saya ingin bermanfaat mulai sekarang juga!!!