Tanda Tanya

Wednesday, February 20, 2013

Aku lahir di Jakarta, yang katanya pusat perekonomian Indonesia.

Kemudian orang tua mengajak hijrah ke Tangerang, yang motto kotanya "Akhlakul Karimah".

Kemudian menempuh Taman Kanak-kanak dan Taman Pendidikan Qur'an di Tangerang.

Kemudian lanjut Sekolah Dasar juga di Tangerang.

Kemudian menempuh Sekolah Menengah Pertama (masih) di Tangerang.

Selanjutnya menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta, yang katanya kehidupan di sana semakin kejam saja.

Dan sekarang aku kuliah di Malang, yang katanya kota pendidikan.



Pertanyaanku, di mana kelak kita akan membangun istana cinta? Sudahkah memikirkannya?


Gamma

Tuesday, February 19, 2013


Di dunia ini, begitu banyak manusia yang nggak suka kalo dikasih tenggat waktu (baca : deadline). Satu dari demikian banyak manusia itu salah satunya adalah teman saya, sebut saja Gamma (teringat pelajaran Statistika Matematika II tadi pagi, bahas distribusi Gamma. Tapi sebenarnya penyamaran nama dia menjadi Gamma ini terlalu bagus, fiuhhh). Memangnya si Gamma ini kenapa? Dia bukan nggak suka deadline sih. Yah, saya cuma pengen kasih tahu kalo Gamma itu nggak suka denger kata “deadline”. Bila berbicara dengannya dan bermaksud menyampaikan, “Gamma,  tolong kerjain blablabla ya, pokoknya sebelum hari Kamis sudah harus selesai”,  please don’t ever say “Gamma, deadlinenya hari Kamis lho”, karena dia tak akan menyukainya. Dia pasti akan sangat merasa tertekan. Kasihan. Tapi saya jadi mengerti satu hal, bahwa kata-kata bisa memberi sugesti yang berbeda. Dari si Gamma juga saya jadi belajar bahwa kita harus memperlakukan orang seperti yang disukainya. Btw, ini kenapa jadi ngomongin Gamma? Sejauh manakah hubungan antara deadline dan Gamma? @_@

Kembali ngomongin deadline. Deadline itu rasanya sesuatu sekali, semacam mengancam keberlangsungan istirahat, semacam menyita waktu tidur, semacam mengurangi waktu luang, semacam menguras energy, pikiran, harta, dan lain sebagainya. Jujur, saya termasuk orang yang senang bila diberi deadline, karena saya tahu sesudah deadline pasti saya akan diberi tugas baru (lho?). Karena saya tahu, setelah hujan pasti ada kemungkinan untuk muncul pelangi. Kalo ada deadline, saya *biasanya* lebih semangat untuk menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan (?), daripada kena sanksi tambahan tugas hayooo. Dengan adanya deadline, saya belajar untuk memanfaatkan waktu dengan baik dan benar sehingga jangan sampai ada waktu yang habis tak berguna. Dari deadline juga saya belajar untuk mempertimbangkan kemampuan diri, ketersediaan waktu, dan faktor lain beserta epsilon supaya setidaknya bisa membentuk persamaan linear regresi sederhana, dengan Metode Kuadrat Terkecil, atau Metode Moment, atau Maximum Likelihood. Ini ngomongin apa sih?

Tahukah? Saat ini saya sedang agak dilemma. Kenapa? Soalnya deadline suatu hal yang sedang saya ikuti prosesnya begitu luammmaaa. Selama perjalanan proses, terjadi fluktuasi pada mood, semangat, dan optimisme saya terkait akan adanya pelangi setelah hujan yang deras. Dari yang awalnya semangat banget, niat banget, seneng banget, optimis banget, di tengah jalan berbelok menjadi semangat aja, niat aja, seneng aja, sama optimis aja. Alay banget sih gue bikin perumpamaannya X___X

Selama perjalanan proses, setan pun tetap berkeliaran. Dari berbagai arah yang dia suka, dia bisikkan kata-kata cantik nan menggoda. Dampaknya, niat baik pun bisa berbelok di tengah perjalanan, nggak cuma setelah proses berhasil diselesaikan dan hasil sesuai yang diharapkan. Jangankan di perjalanan yang penuh aral melintang, di jalan yang lurus, aman, dan bebas hambatan pun niat seseorang bisa saja berbelok. Tak lagi untuk memperbanyak pahala, tapi hanya untuk mendapat pujian dari sesama manusia. Yah, namanya juga manusia, resistansinya kan beda. Itulah mengapa kita harus selalu meluruskan niat di awal, di tengah, dan di akhir perjalanan. Perbuatan kita bisa saja sama, tapi Allah akan memberi balasan sesuai dengan apa yang kita niatkan. Rugi deh ya manusia yang mengira sudah berbuat sebaik-baiknya tetapi niatnya bukan untuk Allah Ta’ala. Mari periksa hati & niat kita :)
 
Oh iya, saya jadi semakin sadar, bahwa hati manusia benar-benar berada dalam genggaman-Nya. Dengan mudah Ia membolak-balik hati siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Makanya ada do’a untuk meneguhkan hati, “Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qolbi ‘alaa diinika wa tha’atik”.

Semoga semua ini aku lakukan untuk-Mu dan memang hanya untuk-Mu, aamiin ya Rabb....

Kita Jodoh (?)

Friday, February 15, 2013


Kejadian hari ini lucu. Sumpah, bagi saya ini lucu banget, sampe-sampe nggak tahu harus sedih atau seneng *lho kok iso?*. Yeh, makanya simak dulu ceritanya ^^

Jadi tadi sore LCD hape saya mendadak tidak berfungsi. Di-swipe sehalus mungkin, nggak bisa. Di-swipe agak keras, apalagi. Bahkan ketika teman-teman saya mencoba men-swipe-nya, dia tetap saja pada titik maksimal keangkuhannya. Ketika hape touch-screen layarnya tak bisa disentuh, maka tamatlah riwayatnya.

Saat itu saya merasa sedang dihadapkan pada dua pilihan perasaan : senang atau sedih. Saya boleh merasa senang, karena saya punya alasan untuk move on ke hape yang lebih smart. Saya juga boleh saja merasa sedih, karena akan berpisah dengan benda yang sudah satu setengah tahun ini menemani saya, hiks. Tapi sungguh, saat itu saya merasa bingung mau memilih feeling yang mana, bzzzzzzzz -_________-
*seolah manusia bisa mensetting feeling-nya sedemikian rupa

Dia tahu apa saja yang saya lakukan. Dia tahu ke mana saja saya pernah pergi. Dia tahu dengan siapa saja saya berinteraksi. Dia sudah terbanting beberapa kali. Oh iya, dia juga sudah pernah diopname di service centre selama tiga bulan karena penyakit yang sama, dan karena itulah selama tiga bulan saya menggunakan hape pinjeman (sungguh baik tiga orang yang bersedia meminjamkan hapenya pada saya. Semoga Allah membalas kebaikan mereka :')).

Tiba-tiba salah satu teman saya memberi saran, "Coba deh Kar hapenya matiin dulu". Ah, good idea. I tried... and it worked!!! Senang rasanya hape saya kembali bisa berfungsi, yeyeye :D

Tapi....

Di sisi lain saya sedih. Karenaaaa......



Nggak jadi ganti hape :(
#plak



NB : Bagi saya, ini lucu. Sekian. Terima kasih :)

Gagalpaham

Suatu hari di sekret ***, terjadilah percakapan antara seorang wanita cantik dengan dua pria tampan.


WC (Wanita Cantik) : Pfiuhhhh *baru dateng, duduk, naro tas di lantai*

P1 (Pria-1) dan P2 (Pria-2) : *sibuk dengan laptopnya, mungkin mencuri-curi pandang ketika sang wanita cantik baru datang*

P1 : Kemarin kenapa sms kaya gitu?

WC : Gapapa....

P1 : Terus kenapa nggak bales sms saya?

WC : Emang apa yang perlu dibales?

P1 : Hahahaha. Ya jangan gitu laaaah, setidaknya bales gitu meskipun cuma satu huruf "Y".

P2 : *masih sibuk dengan laptopnya*

WC : *gw nggak se-alay itu yaa. kalo bilang "Ya" pasti akan gw ketik "Ya", nggak cuma "Y"*

P1 : Jadi akhir-akhir ini kau ngambek karena sakit hati?

WC : Nggak juga.

P1 : Ooooh, jangan-jangan sudah sejak berbulan-bulan yang lalu?

WC : Ya enggak lah.

P1 : Terus?

WC : *hanya diam*

P1 tampak menyerah untuk mengajak si Wanita Cantik bicara. Kemudian mulailah P2 bersuara.


P2 : Hahahaha. Tapi memang lebih baik begitu. Kalau merasa ada sesuatu yang butuh penjelasan, langsung saja minta klarifikasi, biar gak berburuk sangka.

WC : *menyimak laptop*

P2 : Jadi kapan kita mau bicara? Ini utang saya ke kamu untuk memberi penjelasan.

WC : Nggak, nggak usah. Saya nggak butuh penjelasan apapun.

P2 : Lhooo ya jangan gitu. Semuanya harus diluruskan.

WC : *sibuk dengan laptop*

P2 berdiri, beranjak pergi dari sekret, mungkin ada kuliah.

P2 : Ayo, kapan ada waktu untuk bicara?

WC : *hanya diam, malas menanggapi*

Akhirnya P2 pun pergi.




Ah, wanita terkadang begitu sulit untuk dimengerti.