Appreciation

Monday, May 27, 2013


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Seseorang pernah berkata bahwa salah satu cara agar tidak sampai mengeluhkan ke publik apa yang sedang kita rasakan adalah dengan membuka Microsoft Word di komputer, kemudian mengetik curhatan di sana, kemudian meng-close aplikasi tersebut tanpa men-save-nya. Saat ini saya sedang mencobanya dengan versi yang sedikit berbeda : membuka blog pribadi, mengetik apa yang sedang saya pikirkan, kemudian akan dengan sengaja mempublish dan menyebarluaskannya.

Tidak, saya tidak sedang mengeluhkan apa yang saya rasa. Saya hanya ingin berdiskusi saja. Pernahkah kalian merasa bahwa kalian sudah sebegitu pedulinya terhadap seseorang atau suatu kelompok, meluangkan waktu dan mengorbankan banyak hal sampai terkadang mengabaikan kepentingan kalian sendiri, kemudian kalian tidak mendapat balasan dari mereka sebagaimana mestinya? Nggak perlu yang muluk seperti kembali dipedulikan atau dianggap "ada". Yah minimal respon positif lah, seperti disambut dengan wajah yang ramah, dihargai kepeduliannya, atau diucapkan terima kasih. Bukan dengan keangkuhan tak mau mendengar atau bahkan tak ingin dipedulikan lagi oleh kalian. Pernah?

Tidak, saya sama sekali tidak bermaksud mengajak untuk menjadi riya’. Saya hanya ingin bertanya, "Bagaimana rasanya ketika tidak dihargai?". Terluka? Atau biasa saja? Bila berhasil merasakan yang kedua, bersyukurlah. Sepertinya kita akan menjadi manusia paling bahagia di dunia. Tapi bila merasakan yang pertama, bersyukur juga. Karena berarti masih ada sifat manusia normal pada diri kita. Bukankah mendapat ucapan terima kasih saja sudah akan menyenangkan hati?

Hei, coba sejenak mengingat kembali masa-masa kecil kita, masa di mana kita berumur empat atau lima. Dulu mungkin pernah kita berlari bahagia menuju pelukan orang tua sambil membawa permen lollipop pemberian tetangga. Lalu orang tua kita bertanya, “Itu permennya dari siapa? Sudah bilang makasih belum?”. Kemudian masa-masa di sekolah dari SD sampai SMA. Mungkin pernah kita diberi hadiah oleh orang tua karena menjadi juara kelas atau karena menorehkan prestasi lainnya, padahal kita tidak meminta. Lantas apa yang kita rasakan? Senang sekaligus semangat untuk terus berprestasi, kan?

Apa poin pentingnya? Mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang orang lain lakukan merupakan suatu nilai kehidupan, yang akan menjaga hubungan sesama manusia tetap harmonis. Mengapresiasi sesuatu yang dicapainya, meski hanya dengan ucapan selamat, pun akan memberi kesan yang manis di hatinya,. Kita manusia, kan? Kita punya perasaan. Mereka yang berinteraksi dengan kita pun demikian. Wajar bila hati kita atau mereka agak terluka ketika tak dihargai, meskipun hanya karena tak diucapkan terima kasih.


Tiga perkataan yang penting untuk menjaga hubungan baik sesama manusia : maaf, tolong, dan terima kasih.
(Mama)


Malang, 26 Mei 2013     08:36

Sedikit Cerita dari Tulungagung

Sunday, May 26, 2013


Life is like a box of chocolates.
You never know what you're going to get.
(Anonymous)

 Kali ini saya akan berbagi cerita perjalanan singkat saya di pusat Kabupaten Tulungagung pekan lalu. Sebenarnya ini bukan hanya perjalanan singkat, tapi juga perjalanan spontan karena memang saya sama sekali tak merencanakan berkunjung ke sana.

Jadi begini. Hari Jum'at (17/05/13) sekitar pukul 14.00 saya dan empat orang teman berangkat ke rumah salah satu teman kami di Tulungagung untuk menghadiri pernikahan kakaknya keeseokan hari. Kami naik kereta ekonomi Penataran Dhoho dari Stasiun Malang, dengan tarif Rp5500 sekali jalan. Setelah menempuh perjalanan 107 KM (ada informasi jaraknya di stasiun), pukul 18.00 kami sampai di Stasiun Tulungagung. Rumah teman kami tak begitu jauh dari sana, kurang dari 10 menit perjalanan naik becak. Alhamdulillah ngerasain naik becak lagiiii, after all these time ^_^


Picture taken from
http://rumahijaubelokiri.wordpress.com/2011/10/15/tulungagung-dan-blitar-2009/

Singkat cerita, sejak awal saya memang sudah berencana untuk pulang lebih dulu pada hari Sabtu siang (18/5/13) karena ada beberapa urusan di Malang. Teman-teman saya pun memaklumi, meski sebenarnya agak "nggak rela", hahaha :p. Perjalanan pulang akan saya tempuh sendirian. Tiket kereta ekonomi yang sama (yang sampai sekarang masih saya simpan tiketnya :p) untuk pukul 14.43 sudah di tangan. Pukul 14.30 saya diantar sampai depan stasiun Tulungagung oleh teman saya, kemudian ia pamit kembali. Baru saja teman saya dan motornya menghilang dari pandangan, baru saja saya memasuki stasiun dan duduk barang lima detik, tiba-tiba terdengar pengumuman, "...Kereta Dhoho-Penataran tujuan Malang dan Surabaya yang semestinya dijadwalkan tiba pukul 14.43 mengalami keterlambatan menjadi pukul 15.40...". Ah, sejujurnya saat itu saya bete sekali. Satu jam kan bukan waktu yang sebentar untuk menunggu. Mau menelpon teman saya dan meminta jemput kembali, rasanya kok akan merepotkan. Akhirnya muncul satu ide brilian di pikiran : ngebolang di Tulungagung sendirian :D
*ada hikmah di balik peristiwa

Saya keluar dari stasiun sambil menelpon salah satu senior yang aseli Tulungagung. Saya ceritakan bahwa saya "terdampar", kemudian meminta clue tempat apa saja yang sekiranya bisa saya jangkau dari sana. Alun-alun Tulungagung, jaraknya sekitar 500 meter (estimasi saya sendiri sih :p), jalan kaki lima belas menit. Menyusuri Jl. Ahmad Yani (kalo nggak salah), sampai di pertigaan, saya melihat gedung Perpustakaan Tulungagung dan semacam “hutan di tengah kota”. Ternyata itu Taman Kusuma Wicitra :)
Menikmati sejuknya udara daerah sekitar taman (mungkin karena habis turun hujan, soalnya *kata orang aseli sana* biasanya panas minta ampun), indahnya pemandangan, ada burung-burung merpati juga, saya justru merasa seperti berada di Taman Suropati, Menteng. Hanya saja, di TKW tersebut ada kolam dengan tugu di tengahnya. Lebih keren kan? :D

Picture taken from
http://blog.galihsatria.com/2008/11/03/tulungagung-alun-alun/

Picture taken from
http://catatanpikirankholil.blogspot.com/2012/12/taman-kusuma-wicitra-di-tulungagung.html

Picture taken from
http://www.panoramio.com/photo/30343308

Picture taken from
http://kokonat-tulungagung.blogspot.com/2011/03/taman-kusuma-wicitra.html

Picture taken from
http://mypariwisata.blogspot.com/2012/07/taman-kusuma-wicitra.html



Sama seperti tatanan daerah pada umumnya, di seberang alun-alun pasti terdapat masjid agung. Tepat ketika adzan waktu Ashar berkumandang, saya pun mengunjungi masjid tersebut, namanya masjid Al-Munawwar. Here’s the picture :

Picture taken from
http://harisnurali.wordpress.com/2011/01/16/tulungagung-beda-sama-temanggung-2/

 Setelah itu, sekalian arah perjalanan balik ke stasiun, saya menyempatkan diri ke Perpustakaan Tulungagung. Lumayan deh ”ngadem” sebentar, baca-baca majalah sebentar~

Picture taken from
http://danzberjaya.wordpress.com/category/ingandaya-kotaku-tulungagung/

 Terus saya jalan kaki ke stasiun. Niatnya sih pengen beli oleh-oleh dulu. Merogoh saku rok, ternyata uang yang tersisa tinggal Rp4100. What?! Iya, EMPAT RIBU SERATUS RUPIAH, bukan EMPAT RATUS RIBU RUPIAH loh ya. Untung udah pegang tiket pulang, ckck. Keterlaluan memang, bepergian jauh tanpa berbekal cukup uang -_- Nggak terlihat tanda-tanda ATM terdekat dari sana pula, hahaha. Saya meyakinkan diri bahwa persediaan air minum di tas cukup untuk tiga jam perjalanan ke depan. Lalu di warung dekat stasiun saya beli cemilan. Totalnya tiga ribu rupiah. Grrrrrrrr. Terpaksa saya minta tolong dijemput teman begitu sampai di stasiun Malang, karena untuk naik angkot ke kosan butuh uang Rp2500. #curhat

Kereta baru tiba pukul 16.10. Saya sudah lelah sekali, ingin segera beristirahat. Kebetulan di sekitar kursi saya belum ada penumpangnya. Haaaah. Tapi mata tak mau diajak terpejam. Melihat pemandangan di luar, ternyata ada pelangi. Subhanallah. :)

Saya sampai di stasiun Malang kira-kira pukul 19.15. Tiga jam perjalanan naik kereta itu sudah cukup melelahkan lho. Suer. Tapi ya begitulah, perjalanan saya kali ini sangat berkesan. Unpredictable. Lagi-lagi menyadarkan saya bahwa seindah-indahnya rencana adalah rencana Allah Yang Maha Kuasa ;)


Selanjutnya bakal ke mana yaaa? :D


Malang, 24 Mei 2013   16.24



Travelling alone by train. Sitting next to window. Reading al-ma’tsurat. And seeing a rainbow outside the window.
What a wonderful Saturday afternoon ;)
*status FB saya ketika perjalanan pulang, wkwkwk :P
 

NB :
*semua gambar pada postingan ini adalah hasil browsing, tentunya dengan menyertakan link. Kamera HP saya tidak bisa digunakan. Kasihan sekali memang. Pokoknya rugi kalo nggak mendokumentasikan perjalanan! -_-

Keteladanan, Lebih Dari Sejuta Kata

Friday, May 24, 2013


           Banyak dari kita sering menemui orang yang pandai sekali bicara, dengan sebaik-baiknya gaya bahasa. Retorikanya begitu memukau siapapun yang pertama melihatnya. Ia mampu bicara mengenai berbagai macam problematika, mengambil contoh permasalahan dari berbagai belahan dunia. Ia sering berorasi di mana saja, menyerukan agar mahasiswa tak fokus hanya pada kuliah saja. Harus berorganisasi katanya. Harus berprestasi katanya.  Namun siapa sangka, di kehidupan pribadi sang pembicara ternyata gagal mengaplikasikannya. Materi Manajemen Diri dan Waktu yang pernah ia sampaikan ke publik, gagal diinternalisasi. Begitu mengetahui, akhirnya orang-orang pun kurang tertarik dengan dirinya dan apa yang diucapkannya, meskipun mengutip perkataan orang-orang yang luar biasa.

            Ada lagi orang yang tak banyak bicara, namun nampak karyanya. Sehari-hari mungkin ia jarang terlihat di sekretariat organisasi, mengurus hal kesana kemari. Ia juga tak sering tampil membawakan materi atau motivasi. Justru seringnya, namanya harum di acara-acara bergengsi; lomba karya tulis, debat bahasa asing, bahkan termasuk dalam daftar mahasiswa berprestasi. Salah satu “efeknya”, ia menjadi seseorang yang dikagumi dan diteladani. Apapun kegiatannya, bagaimana kesehariannya, dan apapun yang dikatakannya meski tak banyak, seolah menghipnotis orang lain untuk mengikuti.

            Kedua contoh di atas mengerucut pada satu hal, yaitu keteladanan. Keteladanan bahkan menjadi kunci utama keberhasilan dalam pendidikan karakter. Manusia lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, kemudian informasi tersebut sampai ke otak dan diolah sebagaimana mestinya. Tak dapat dipungkiri, diri kita saat ini pun “terpengaruh” dengan orang-orang yang kita kagumi. Entah di sisi aktivitas, gaya bicara, pemilihan kata, gaya berpakaian, bahkan sampai ke memilih sudut pandang berpikir. Ini merupakan bukti bahwa setiap manusia, sadar atau tidak sadar, pasti “mencontoh” apa yang dianggapnya menginspirasi. Tentunya tanpa melupakan bahwa ia harus tetap menjadi dirinya sendiri.

            Terkait karakter mahasiswa MIPA yang diperlukan untuk membentuk pribadi mahasiswa baru, menurut penulis sendiri cukup satu hal, yakni mampu memberikan teladan. Teladan di sini adalah menjadi role model mahasiswa ideal dan mampu menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Menyadari adanya kebenaran dari remehan yang sering kita dengar (meskipun tak sepenuhnya benar) bahwa mahasiswa MIPA cenderung study-oriented, tugas kita sebagai mahasiswa lama yang kelak menjadi role model yakni berusaha menginspirasi mahasiswa baru dengan keberhasilan kita, baik di bidang akademis, organisasi, maupun di kehidupan sehari-hari. Aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sosial, IP di atas tiga (bahkan cumlaude kalau bisa), menorehkan prestasi, sharing ilmu dan pengalaman seru, dan lulus tepat waktu, adalah idealnya seorang mahasiswa yang dapat diteladani. Tak perlu banyak berkoar-koar kepada mahasiswa baru untuk begitu begini, niscaya mereka akan tergerak dengan sendirinya untuk mengikuti.

We all need someone to look up to.(Picture taken from http://services.flikie.com/view/v3/android/wallpapers/33577986)    









Malang, 23 Mei 2013    21:38


*hal yang diharapkan penulis dari tulisan ini yaitu menjadi pengingat & nasihat bagi sang penulis sendiri, juga bagi semua yang membaca. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. 
*tulisan dibuat dalam rangka memenuhi prasyarat screening kepanitiaan PROBINMABA FMIPA UB 2013 :)