Best Day in June

Sunday, June 28, 2015

Saya bermaksud mengundang anggota grup WA ini untuk buka puasa bersama di rumah.
Kalau hari Jum'at 26/6 kira-kira bisa kah?
-Chat dari Pak Efendi di grup WA "Road to S.Si"   (21/6   20:43)

Satu menit kemudian, ke-6 anggota grup bergantian merespon positif "Insya Allah bisa, Pak". Tak lupa pake emot smile :)

Oh iya, enam orang tersebut merupakan mahasiswa yang memulai pengerjaan skripsi di semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 dengan bimbingan beliau : gue, Rani, Kurnia, Uum, Uli dan Adi. Ceritanya kami punya grup WA gitu deh untuk saling memotivasi dan memudahkan komunikasi. Keren kan? Pak Efendi juga masuk dalam grup itu.
Nama grup : Road to S.Si
Logo grup : tulisan "Sudahkah Mengerjakan Skripsi Hari Ini?"

 **************

Singkat cerita, Jum'at 26/6 kami berenam memenuhi undangan Pak Efendi. Kami disambut dengan sangat ramah dan hangat. Sejujurnya kami masih agak canggung di awal menempati ruang tamu, hehe. Tapi akhirnya obrolan pembuka mengalir begitu saja, tentang lingkungan sekitar rumah beliau, kesibukan kami sekarang, sampai tentang keluarga masing-masing (beliau sangat terbuka bercerita seputar keluarganya). Beliau benar-benar ingin mengenal kami lebih dekat. Obrolan semakin seru dengan cerita beliau melamar berbagai pekerjaan pasca S1 (sebelum mendapat beasiswa S2 S3), kehidupan selama kuliah di Belgia (puasa di sana sampai 18 jam, masih ada matahari jam 8 malam, dll), petualangan konferensi Statistika keliling Eropa dan dunia, nasihat untuk kami terkait memilih pekerjaan (jangan di bank konvensional, jangan di tempat yang kurang memberi ruang untuk mengembangkan diri), bahkan sampai pembahasan tokoh (beliau mengidolakan Bung Hatta & Buya Hamka), dan banyak lagi. Asyik banget.aa Oh iya, istri beliau juga sempat ikut mengobrol sebentar, namun kemudian kembali ke belakang (dapur), sepertinya menyiapkan menu untuk berbuka puasa kami nanti :)

Pak Efendi juga menyampaikan nasihat tentang memanfaatkan waktu di bulan Ramadhan. Kata beliau, "Bulan Ramadhan ini salah satu momen yang tepat untuk mempelajari Al-Qur'an". Beliau pun mengajak kami sejenak menelaah Al-Qur'an. Adi diminta membaca surat Ali-Imran 187-194, lalu kami memaknai artinya bersama-sama. Beberapa poin yang dibahas :
1. Di dunia ini tidak ada satu makhluk atau satu hal pun yang Allah ciptakan tanpa tujuan.
2. Ingatlah Allah ketika duduk, berdiri, dan berbaring. Ini mencakup semua aktivitas. Intinya, semua aktivitas kita itu ibadah.
3. Orang yang sombong tak bisa masuk surga. Menghirup wanginya pun tak bisa.
4.  Jadilah orang yang senantiasa berpikir


Adzan Maghrib pun berkumandang. Setelah menyantap ta'jil (kurma, brownies, cincau blewah), Pak Efendi mengajak Adi dan Uli untuk bergegas shalat Maghrib di masjid samping rumah, sedangkan kami yang perempuan shalat di rumah saja dengan istri beliau. Setelah itu, kami semua bersama-sama menyantap makanan besar (nasi, sayur, dll) sambil melanjutkan mengobrol. Mendekati waktu adzan Isya dan tarawih, kami berpamitan. Tak lupa mengabadikan momen berharga ini, ketika interaksi antara dosen dan mahasiswa tidak kaku, alias penuh keterbukaan dan rasa kekeluargaan. To be honest, serasa punya keluarga baru :')

Thanks Pak Efendi dan istri. Keep inspiring!

Captured by Bu Elly (istri Pak Efendi)

Matematika (?)

Friday, June 19, 2015

Semasa SMK saya memiliki seorang guru Matematika favorit, sebut saja Pak Adi Candra (a.k.a Pak Acan). Saya begitu mengidolakan beliau karena beberapa alasan. Pertama, beliau guru Matematika. Seolah sudah hal yang otomatis terjadi ketika guru mata pelajaran favorit juga akan menjadi guru favorit (oh iya, Matematika adalah pelajaran favorit saya sejak SMP sampai sekarang, meskipun sekarang kadarnya sedikit berkurang, hahaha). Kedua, beliau mampu menjelaskan Matematika dengan bahasa yang saya pahami dan membuat saya mengerti. Tidak semua guru Matematika mampu melakukan itu. Di SMP saya pernah mendapat guru Matematika yang…… ah begitulah. Ketiga, beliau merupakan sosok yang dapat diteladani. Kriteria saya pribadi lho itu. Yang saya maksud diteladani di sini adalah beliau merupakan sosok guru yang disiplin, rajin, sabar dalam mengajar, memotivasi, dekat dengan murid, asik diajak ngobrol/curhat, dan sangat religius. Di sisi lain, beliau juga seorang suami dan ayah yang baik. Family man. Kira-kira begitu dari apa yang saya lihat sendiri dan yang saya dengar dari cerita orang-orang.

Saya diajar beliau hanya ketika kelas sepuluh (X). Tetapi di luar itu, kami tetap memiliki interaksi meskipun tidak ada hal-hal yang mengikat (misalnya, beliau toh bukan wali kelas saya dan saya bukan pula siswa bimbingan beliau dalam persiapan olimpiade Matematika). Beliau mengingat saya dengan baik : nama lengkap, nama panggilan, kepribadian saya yg seperti ini, dll. Setiap kali berpapasan, kami saling menyapa. Tak jarang beliau yang memanggil saya terlebih dahulu. Entah kenapa, saya merasa “nyambung” dengan beliau, haha. Mungkin Matematika yang menjadi benang merahnya (?). Saya bisa mengobrol banyak hal dengan beliau. Oh iya, jadi teringat ketika suatu pagi saya dan beliau tak sengaja tiba bersamaan di parkiran motor sekolah kemudian sambil berjalan menuju kelas dengan beliau saya bercerita tentang ban motor saya yang barusan bocor. XD

Awal tahun 2011, saya mendengar kabar bahwa beliau akan pindah ke daerah Kalimantan Timur (saya lupa nama daerahnya) seiring dengan diterimanya beliau sebagai PNS di sana. Tentunya saya ikut merasa bahagia. Di penghujung masa SMK, saya pamit kepada semua guru untuk bersiap menjalani kehidupan baru di Malang. Saya bertukar nomer HP dengan beberapa guru yang cukup dekat dengan saya agar bisa tetap berkomunikasi, termasuk beliau. Kami masih sering berkomunikasi via SMS di awal Ramadhan, saat Idul Fitri (saling mengirim permintaan maaf dan ucapan lebaran), dan sampai saya sudah menjalani Semester 2 perkuliahan. Pernah satu kali beliau menelpon. Ketika panggilan dari beliau muncul di layar HP saya, awalnya saya kira itu kepencet atau nggak sengaja atau apaaa, wkwk. Ternyata beliau menelpon dengan penuh kesadaran, untuk menanyakan kabar saya. Di awal perkuliahan pun saya sering bercerita (baca : curhat) uneg-uneg pelajaran. Beliau selalu membalas SMS saya dengan sabar dan santai. Satu perkataan beliau yang begitu melekat di ingatan, “Matematika itu butuh latihan”. Namun segala komunikasi kami terputus begitu saja di bulan April 2012 karena HP saya yang rusak (kontak beliau hilang), saya yang berganti nomer HP, dan Facebook beliau yang sangat lama tidak ada update (sepertinya beliau lupa password, jadi kalaupun saya mengirim pesan via FB tidak akan ada respon). Sampai sekarang.

Saya sering membayangkan suatu saat saya bertemu beliau secara tidak sengaja, baik itu di Kalimantan (entah saya sedang dinas di sana, sedang main ke sana, berpapasan di bandara, atau saya bekerja di tempat yang sama dengan beliau dan ternyata beliau bos saya, atau apalah, wkwk) maupun di Malang (entah beliau sekeluarga sedang liburan, atau beliau melanjutkan S2 Matematika di FMIPA UB, atau apapun skenarioNya). Heuheu.

Lalu tadi pagi saya memimpikan beliau, padahal sebelumnya saya tidak memikirkan apapun tentang beliau (biasanya yang terbawa dalam mimpi adalah hal-hal yang paling kita pikirkan). Ceritanya beliau sedang menghadiri konferensi ilmiah di UB, lalu kami tidak sengaja bertemu *tidak begitu jelas bagaimana detailnya*. Pokoknya tiba-tiba kami sudah mengobrol di tempat konferensi. Beliau melihat skripsi saya yang sedang saya pegang, kemudian membacanya. Setelah itu beliau berkata, “Wah topikmu tentang simulasi. Yuk kita bikin paper buat konferensi di Australia. Saya lagi mencari anggota tim yang mau”. Saya pun mengiyakan.

Gileeeeeeee, keren banget kan mimpinya? Hahahaha.

Anyway, saya nggak tahu ini pertanda apa. Menurut saya ini mimpi baik. Dalam Islam dianjurkan bagi seseorang yang mengalami mimpi baik untuk merasa gembira, menceritakan isi mimpinya, dan menafsirkan dengan tafsir yang baik. Berkebalikan dengan yang mengalami mimpi buruk yang dianjurkan untuk segera shalat meminta perlindungan Allah dari isi mimpinya dan tak usah menceritakan mimpinya pada siapapun.

Mr. Adi Candra, may Allah always bless you and your family. Wherever. Whenever.



Malang, 19 Juni 2015     9:25 AM