Saat
aku lelah menulis dan membaca
Di
atas buku-buku kuletakkan kepala
Dan
saat pipiku menyentuh sampulnya
Hatiku
tersengat
Kewajibanku
masih berjebah
Bagaimana
mungkin aku bisa beristirahat?
-Imam
An-Nawawi-
Prolog postingan kali
ini saya ambil dari buku “Jalan Cinta Para Pejuang” karya Salim A. Fillah.
Sebelum membaca bukunya secara utuh, saya sempatkan untuk melihat-lihat konten
isinya pada daftar isi. Salah satu subbab, Mengetuk Pintu Paksa, mampu memikat
saya untuk membacanya terlebih dahulu meskipun ia berada di bab urutan ke-sekian. Tak apalah, yang penting pada
akhirnya saya membaca bab yang lain juga :p
Paksaan… mungkin suatu
kata dan perbuatan yang sebisa mungkin dihindari. Namun tak ada salahnya mencoba
untuk memaknainya secara positif. Mungkin paksaan tersebut bertujuan tak baik
sehingga ‘yang dipaksa’ tak akan sudi untuk menjalani. Mungkin juga paksaan
tersebut bertujuan baik, namun ‘yang dipaksa’ masih belum mengerti. Atau
mungkin cara memaksanya yang kurang baik, sehingga meskipun tujuan paksaannya
baik, ‘yang dipaksa’ takkan mau untuk mengerti, apalagi menjalani. Kembali ke
metode pendekatan yang seharusnya
pertama kali dilakukan, yaitu menimbulkan ikatan hati, baru kemudian bisa
memaksa (baca : mengajak), juga dengan hati. Seseorang akan lebih mau menerima
ajakan dari orang-orang yang mampu menyentuh hatinya.
Beda tipe orang, beda
juga cara “memaksanya”. Ada yang mesti dipaksa berkali-kali diiringi suasana
tegang yang bikin darah tinggi, barulah dia mengerti, namun belum tentu lekas
menjalani. Ada yang cukup dipaksa sekali, kemudian langsung mengerti dan
menjalani. Ada yang tanpa dipaksa sebetulnya dia sudah mengerti, tapi entah
kenapa belum mau menjalani. Ada yang tanpa harus dipaksa, dia sudah mengerti
dan bersedia menjalani. Ada pula yang tak mau dipaksa, tapi enggan untuk
mengerti, apalagi menjalani. Hmm, unik. Menarik.
Ternyata memang seseorang itu terkadang butuh dipaksa,
terlebih ketika sudah jelas bahwa sebetulnya paksaan itu akan berakibat baik
bagi dirinya. Banyak yang awalnya ogah
minum obat dengan kepahitan tingkat dewa namun akhirnya luluh dan rela
berpahit-pahit ria setelah menyadari bahwa salah satu tujuannya meminum obat
adalah untuk menyembuhkan penyakitnya. Banyak yang awalnya ogah bersakit-sakit belajar, namun mau menjalani dan mengikuti
prosesnya sampai akhir dengan sabar, hingga mata hatinya terbuka sendiri bahwa
banyak kemudahan dan manfaat yang bisa ia ambil setelah proses panjang ini.
Banyak yang awalnya ogah berbuat dan
menjadi baik, takut dibilang sok alim atau sok suci, namun tetap berproses
menjadi baik setelah menyadari bahwa kebaikan-kebaikan yang ia tanam kelak akan
kembali ke dirinya sendiri dan menjadi penentu
di akhir nanti. Banyak yang awalnya ogah menjadi anak rantau ketika
mendengar cerita bahwa dunia di luar sana amat kejam, namun akhirnya rela
terpisah jarak dengan orang-orang tercinta ketika menyadari bahwa merekapun
rela melepas kepergiannya untuk meraih cita. Banyak wanita yang awalnya ogah menutup aurat, namun akhirnya
mendapat hidayah dan ikhlas menjalani dengan semata mengharap ridho Ilahi, juga
karena menyadari bahwa terumbarnya keindahan tubuhnya justru bisa membahayakan
dirinya sendiri.
Sekali lagi, seseorang itu terkadang butuh dipaksa.
Dipaksa oleh orang yang mampu menyentuh hatinya, atau dipaksa oleh
lingkungannya. Dipaksa untuk menjadi baik, dan memaksa diri untuk menjadi baik
pula. Apalah artinya punya segudang mimpi dan cita jika tak punya keinginan
yang kuat untuk mewujudkannya? Apalah gunanya punya keinginan yang kuat hingga
menyesakkan rongga dada jika tak kunjung diaktualisasikan dalam gerak nyata?
Apalah manfaatnya berharap rezeki datang sambil duduk termangu padahal kita
hanya butuh berjalan untuk mendekati dan membuka pintu?
1 comments:
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Post a Comment