Zona Waktu

Saturday, February 27, 2021

🧕 : Mas nyesel ga sih nikah sama aku?

🕵️ : Hemmmm

🧕 : Yaaah kok diem. Padahal aku pengennya Mas ngerespon, "Nyesel kenapa nggak dari dulu". Kaya gombalan orang-orang. Wkwk.

🕵️ : Lhooo jangan. Kalau lebih cepet, aku belum siap.

🧕 : Hahaha. Iya ya... Aku juga ding.

**************

Kemudian qu sejenak flashback ke masa-masa sebelum nikah :

2015 : Sekar lulus S1 (Juli) dan dapet pekerjaan (September). Jodohnya yang entah siapa dan di mana, ternyata masih kuliah. 🙈😹

2016 : Wiguna lulus S1 (Februari). Sekar, di daerah lain, sedang galau2nya. Pengen cari beasiswa S2 ke luar negeri, pengen apply kerjaan lain. Pengen nikah, tapi tabungan masih sedikit (berusaha ngga membebani orang tua untuk biaya nikah). Bagaimanapun, nikah membutuhkan materi dari pihak keluarga laki2 dan perempuan. Dan Sekar sangat tahu bagaimana kondisi keuangan orang tua saat itu, hehe.

Di tahun 2016, Sekar bener2 menyiapkan diri. Mencoba jadi muslimah yang lebih baik (nambah ilmu, memperbaiki ibadah, tingkah laku, pola pikir), memperbanyak ikut andil dalam urusan rumah (bebenah, nyiapin makanan, nyuci & nyetrika baju sekeluarga), banyak diskusi dengan orang tua, memperbaiki silaturahim dengan saudara dan teman2.

Kalau persiapan nikah spesifiknya : merancang visi misi nikah (keluarga), membuat proposal taaruf, membaca lagi buku "Barakallahu Laka - Bahagianya Merayakan Cinta" (buku tuntunan pernikahan dalam Islam yang sudah pernah dibacanya saat kuliah semester 7), dan tentu... menabung.

Wiguna, di tempat berbeda, juga menyiapkan diri dengan memperbanyak ambil alih tanggung jawab urusan rumah (apalagi Papa sudah nggak ada, dan Wiguna anak pertama), menabung, membaca buku, menyimak video kajian di yutub, dll.

FYI, kami ngga ada komunikasi, interaksi atau pertemuan khusus lho. Kami hanya terhubung lewat grup WA Rohis dan grup Line jurusan, yang obrolannya pun jarang. Di tahun 2016 kami cuma bertemu dua kali; bulan Mei (nikahan temen se-jurusan) dan bulan Juli (bukber jurusan). Saya sih biasa aja pas ketemu, gak tau kalau dia 😝😝😝

Akhir 2016 (Nov-Des) : Wiguna & Sekar, di lubuk hati masing2, punya keinginan menikah di tahun depan (2017). Kami istikharah minta petunjuk dari Allah, di tempat berbeda. Tanpa saling tahu, apalagi berkabar, apalagi janjian.

Kata Wiguna sih habis beberapa kali shalat istikharah muncullah nama Sekar di kepalanya (kiwww kiwww). Kalau Sekar, istikharah aja tanpa spesifik mengistikharahkan atau kepikiran (si)apa. Wqwq.

Januari 2017 : Dengan kesiapan ilmu, mental dan finansial yg gak seberapa, Sekar berdoa diizinkan oleh Allah untuk nikah tahun ini. Wiguna memulai manuver, minta tolong seorang perantara utk nanyain kesiapan dan ke-available-an Sekar. Wiguna juga sudah berdiskusi dan mengondisikan orang tua serta keluarganya tentang rencana menikah.

28 Januari 2017 : Orang yang sudah lama tidak saling kontak dengan Sekar (perantara yg dipilih oleh Wiguna), tiba2 menghubungi Sekar via WA. Beliau nanya, "Sekar ada rencana nikah tahun ini ga? Sudah ada calon? Ada yang mau taaruf sama Sekar nih".

17 Feb 2017 : sampailah proposal taaruf di HP Sekar, lewat perantara. Ternyata proposal punya Wiguna Prasetyo! Sekar kaget lah! Dalam hati, "Apaan nih Wiguna tiba2 ngajak nikah?! Kemarin2 ngga ada obrolan (ngobrol engga, chat WA/Line juga engga), ngga ada kode, ketemu aja cuma di kondangan sama bukber". 😂

Kemudian qu berpikir, bahwa waktu yang Allah izinkan bagi kita untuk mendapatkan/memiliki sesuatu adalah waktu terbaik yang Ia gariskan. Nggak ada terlambat nikah, terlambat lulus, terlambat dapet pekerjaan, kecepetan punya anak pertama kedua ketiga dst, terlambat dapet beasiswa. Semuanya on time, sesuai yang sudah Allah tentukan di Lauhul Mahfuzh :)

Dalam hal nikah, misalnya. Mungkin kita risau kenapa belum menikah, belum bertemu seseorang yang bisa jadi partner sehidup sesurga. Meskipun sudah merasa (agak) siap, sudah dicarikan calon oleh orang tua, teman, pernah beberapa kali taaruf/berproses dengan orang, dll. Seringkali sederhana. Karena memang belum sampai pada waktu yang Allah tentukan. Belum Allah izinkan.

Allah mengizinkan Sekar menikah pada 15 Juli 2017/21 Syawal 1438H karena Allah juga menakdirkan Wiguna menikah di waktu yang sama.
Menikah butuh dua orang dengan irisan takdir waktu nikah yang bersamaan.

Atau faktor siap - nggak siap. Misal kita sudah merasa siap, tapi belum A

Bisa jadi karena jodoh kita (yang entah siapa dan di mana) memang belum siap, atau sedang menyiapkan diri.

Saya ada cerita (yang menurut saya) amazing :D

Salah seorang guru saya, sudah ikhtiar ingin menikah sejak awal usia 20 tahun. Sudah pernah berproses dengan beberapa orang, tapi belum ada yang pas. Qadarullah, beliau menikah di usia 29 tahun. Ternyata jodohnya selisih 10 tahun lebih muda. Yups, beliau menikah dengan muridnya yg baru lulus SMK, usia 19 tahun. Masya Allah. Siapa sangka :)

Tetap semangat menyiapkan diri untuk segal hal ya! Semoga kita selalu bersabar dan berbaik sangka atas setiap ketetapan-Nya ❤️  


#taarufwigunasekar #keluargawigunasekar