Curhat Semester Satu

Thursday, December 31, 2020

Teringat lagi momen memulai kuliah sekitar satu tahun lalu. Rencana awal, diriku, suami & Hanif menempati rumah Bojonggede karena dekat dengan kampus UI Depok, ditemani Mama yang menjaga Hanif selama aku kuliah dan Papa bekerja. Sebetulnya dari awal memikirkan rencana tersebut aku dan suami merasa ada yang janggal. Masa merepotkan Mama seorang diri untuk mengurus anak kami? Apalagi Mama sampai harus tinggal dengan kami di Bojonggede dan terpisah dari Ayah yang tinggal di Tangerang karena ada pekerjaan.

 

Singkat cerita, kehidupan seperti itu sudah 2 pekan berjalan. Datanglah takdir tak terduga, sepertinya sebagai teguran untuk kami. Mama harus menjalani fisioterapi dua kali seminggu di RS di Tangerang. Otomatis kami pun berubah haluan. Kami jadi tinggal (kembali) di rumah orang tuaku di Tangerang. Bye bye rumah Bojonggede untuk sementara. Welcome PP Tangerang-Depok setiap hari dengan kereta~

 

Kuliahku setiap hari Senin-Jumat pukul 9 pagi. Perjalanan pagi hari bisa ditempuh dalam 2 jam karena aku berangkat dari rumah naik motor bersama suami sampai Stasiun Manggarai, baru lanjut naik KRL ke Stasiun UI. Biasanya kami berangkat pukul 7 pagi, itupun aku sampai di kelas tepat ketika kuliah akan/sudah dimulai (10 menit kurang atau lebih dari pukul 9). Sesekali ada hal-hal yang mengharuskanku tiba di kampus lebih pagi sehingga harus berangkat duluan seorang diri, tentu langsung naik KRL dari Stasiun Poris. Biasanya perjalanan jadi memakan waktu 2.5 jam, berarti maksimal aku sudah berangkat dari rumah pukul 6.30.

 

Durasi kuliah hanya 2.5 jam, dari pukul 9.00-11.30. Tapi bukan berarti aku bisa langsung pulang setelah itu. Biasanya aku dan teman-teman mengulas materi yang baru dibahas atau mendiskusikan pembagian tugas kelompok sampai terdengar adzan Dzuhur. Lalu aku ke mushala untuk shalat sekalian pumping ASI. Waktu itu usia Hanif masih kurang dari 1 tahun dan aku sudah sejak awal bertekad memberi full ASI sampai usianya 2 tahun. Aku paham betul terkait kewajiban menyusui 2 tahun di Al-Qur’an dan aku berusaha menjalankan kewajiban itu meskipun tak selalu 24 jam membersamai Hanif.

 

Selesai shalat dan pumping biasanya sekitar pukul 12.30, lalu aku makan siang di kantin sampai pukul 13.00. Bagiku, makan siang tidak boleh dilewatkan hanya karena ingin cepat-cepat pulang. Kesehatan diri sangat penting untuk menunjang berjalannya berbagai peran. Kadang makan sendirian, kadang masih bisa satu meja dengan teman-teman yang masih di sana. Ritme hidupku memang beda, makanya aku tidak terbiasa tergantung pada siapapun teman dan tidak membiarkan ada teman yang tergantung pada diriku (misalnya maunya makan bareng, ke perpus bareng, janjian pulang bareng, dll) supaya di antara kami tidak ada yang merasa merepotkan.

 

Setelah makan siang, biasanya keputusanku mengikuti flowchart :

1.  1. Kalau tidak ada tugas yang cukup berat dan mendekati deadline (masih mungkin dipelajari dan dikerjakan sendiri nanti malam di rumah), aku langsung menuju Stasiun UI untuk pulang. Dengan kondisi ini biasanya aku sampai rumah pukul 16.00.

2.  2. Kalau ada materi yang harus dipelajari (karena besok ada kuis atau ujian), tugas individu yang mendekati deadline, praktikum, tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama, atau sekadar mencari data, biasanya aku ke perpustakaan FEB (Gedung PSB / Pusat Sumber Belajar). Kubatasi maksimal hanya sampai pukul 15.00 karena setelah itu aku harus shalat Ashar dan pumping ASI lagi sebelum pulang. Dengan kondisi ini biasanya aku sampai rumah pukul 18.00.

 

Pernah satu kali aku belajar dan mengerjakan tugas Ekonometrika di perpus sampai pukul 20.45 bersama dua orang teman. Aku menjadi last woman standing, hehehe. Yah, waktu itu karena aku belum mengerti betul tugasnya sehingga butuh teman diskusi sekaligus belajar karena besoknya pukul 9 pagi ada UTS Ekonometri. Sampai di rumah Tangerang hampir jam 12 malam. Hanif sudah tidur. Besoknya jam 7 pagi aku sudah harus berangkat lagi ke Depok. Masya Allah. Panjang umur perjuangan.

 

Yah begitulah. Baik dalam kondisi 1 atau kondisi 2, begitu sampai rumah tentu pengasuhan Hanif dikembalikan kepadaku oleh Mama & Ayah. Selelah apapun sepulang kuliah, aku selalu merasa bahagia ketika kembali menjalani peranku sebagai Ibu. Nggak ada ceritanya aku akan buka laptop lagi sebelum Hanif tidur malam, makanya kupastikan semua urusanku sudah selesai saat di perpustakaan tadi siang. Aku benar-benar ingin menikmati kebersamaan dengan Hanif. Menyusuinya berlama-lama. Menyuapinya meskipun butuh waktu sampai 30 menit. Bermain sore hari di lapangan masjid. Membaca berbagai buku di kasur. Menggendongnya meskipun berat. Merapikan mainan. Menstimulus perkembangannya. Membuatnya tertawa. Mengeloninya sampai 1 jam. Yah apapun itu.

 

Hanif biasanya mulai tidur sekitar pukul 21.00-22.00. Kadang aku memilih ikut tidur, kadang tak sengaja tertidur, kadang memilih untuk tetap bangun. Momen Hanif dan suami tidur adalah satu-satunya golden period bagiku untuk belajar. Hahaha. Yes. Satu-satunya. Itu berarti ku hanya punya waktu belajar dari pukul 23.00-05.00. Itu pun waktu kotor, bukan waktu efektif. Yang bisa efektif dipakai belajar mungkin hanya sekitar 2-3 jam. Dan waktu tersebut harus kumanfaatkan dengan baik untuk belajar & menyelesaikan berbagai tugas. Kalau tidak bisa malam itu, ya berarti harus nanti siang ketika di kampus. Itulah kenapa aku tidak mengambil/menerima amanah atau tawaran pekerjaan untuk sementara. Waktu untuk “kerja” masih sangat terbatas.  Masya Allah. Lagi-lagi, panjang umur perjuangan.

 

Kalau kuringkas, selama satu semester itu diriku :

-          Lelah & stress

-          Minim waktu untuk belajar

-          Tidak punya waktu untuk diri sendiri

-          Minim kehidupan sosial (Cuma tau lingkungan kampus & rumah)

-          Sering berselisih dengan suami

-          Merasa “kacau”

-          Menyesali keputusan untuk kuliah

 

Satu semester beradaptasi dengan perjalanan jauh setiap hari, materi pelajaran yang tidak mudah (jujur), keterbatasan waktu (halah alasan), peran baru sebagai ibu, tentu membuat kehidupanku nano-nano. Diriku sungguh legowo menerima hasil belajar semester 1 yang termasuk “ngepas”, karena menurutku memang “segitu” kemampuanku. I did my best. Insya Allah bisa mendapat hasil lebih baik  di semester selanjutnya.

 

To be continued…. :D



Tangerang

31 Desember 2020     00:40

@sekarkasih

Alpa

Saturday, December 19, 2020

Pasangan kita bukanlah sosok yang sempurna. Kita menikah dengan manusia, yang tentu punya berbagai alpa.

Istri kita barangkali tidak selalu semangat membuat rumah rapi dan nyaman.

Suami kita juga barangkali tidak selalu semangat menjaga anak bergantian.

Tapi selalu ada ruang untuk komunikasi dan memperbaiki diri kan?



Tangerang, 8 Juni 2020

Hanya Karena

Hanya karena kita sudah menikah 5 tahun lamanya, bukan berarti kita berhak menasihati teman yang sedang berproses menggenapkan separuh agama.

Hanya karena kita sudah punya anak dua atau tiga, bukan berarti kita berhak mengomentari pola asuh teman yang baru punya anak pertama.

Hanya karena kita lebih dulu belajar dan tahu tentang sesuatu, bukan berarti kita bebas menegur orang lain dan mengatakan sebaiknya begini begitu.

Semua orang punya proses belajar. Berikan saran hanya ketika diminta. Gunakan cara yang baik untuk menyampaikan suatu ilmu.


#sekarkasih #ParenthoodThought #MarriageThought #parenting

Kuliah

Thursday, December 17, 2020

Bergeraklah atas keyakinan sendiri, bukan karena pengaruh kanan kiri.
Perjuangkan apa yang kita yakini memang kita butuhkan.
Tinggalkan apa yang menurut kita tak mendekatkan pada tujuan.

*** 

Tulisan singkat di masa galau mau lanjutin SIMAK UI sedangkan usia Hanif baru 1.5 bulan.


@sekarkasih



#studentmom #kuliah #universitasindonesia #anakui #mahasiswa #belajar #mahasiswaindonesia #kampus #febui

Konsep Rezeki - Jamur Crispy

Siang hari 15 Desember, ku lagi pengeeeennnn banget makan jamur crispy. Penjual yang ku tahu sih adanya yang agak jauh dari rumah, jarak 1.5 KM. Akhirnya kuputuskan nanti sore aja ke sana sekalian jalan-jalan naik motor sama Hanif seperti biasa.

Singkat cerita, sampai juga di tempat penjualnya. Ku beli 2 bungkus @ 7 ribu (sesuai harga yg ditentukan). Ku gantung di cantelan motor di bagian bawah dekat lutut. Trus langsung otw ke rumah karena mau segera makan jamur, mumpung masih crispy & hangat 😋

Beberapa meter sebelum sampai rumah, ku baru sadar kalo plastik isi jamur jatuh dari cantelan motor! Ya ampuuuun 🤣🤣🤣

Motor segera kuputar balik arah, menyusuri jalan yang tadi kulewati sepulang dari penjual jamur. Yaaa siapa tau jatuh di jalan trus masih aman dengan plastiknya 😂

Tapi begitu sampai di penjual jamur lagi, ternyata ku sama sekali tak menemukan plastik putih di jalan yang berisi jamur. Jadi kuputuskan tuk beli 2 bungkus lagi, karena udah kepengen banget makan jamur gitu loh 🤣

Hikmah yang kuambil, berarti jamur yang kubeli pertama bukanlah rezekiku. Meskipun belinya pake uangku, meskipun sudah dicantelin di motorku, meskipun sudah dibawa menuju rumahku. Ternyata itu rezeki orang lain yang menyelamatkan jamur tsb dari jalan. Atau rezeki binatang yang menemukan. Hihi. Yaa semoga bermanfaat dan menyehatkan bagi yang memakannya. Insya Allah Sekar ikhlas 😄

Mudah saja bagi Allah tuk menjauhkan kita dari (si)apapun yang memang bukan rezeki atau jodoh kita. Begitu juga sebaliknya. Kalau sudah rezeki atau jodoh, ada saja cara Allah tuk mendekatkan dan menyatukan. Masya Allah. Alhamdulillah.

Ya yaa yaaa. Allah menghendakiku memahami lagi terkait konsep rezeki.

Semoga senantiasa jadi hamba Allah yang bersyukur yaaa Sekaaarrr :))


Tangerang, 17 Desember 2020
17:35
@sekarkasih


#rezeki #bersyukur #Allah #alhamdulillah #sekarkasih

Monthversary 41


Alhamdulillah, hari ini monthversary Wiguna-Sekar yang ke-41. Hoaaah, ngga terasa sudah 3 tahun 5 bulan menjalani ibadah terlama ✨

Biar momen monthversarynya lebih mudah diingat, ku bikin monthly reminder di Google Calendar dan kushare juga ke suami, jadi kami sama2 ingat 😄



Kemarin juga ku request minta dibelikan bunga ke suami, hehehe. Terakhir dibelikan bunga itu November 2018 pas pulang acara PK 130 LPDP. Tapi selama ini tetap ada hal-hal & hadiah yang saling kami berikan tuk merawat cinta. Yaaa cukuplah diketahui Allah dan kami berdua ajaah 🤭

Menjalani tahun pernikahan ke-4, terasa banget makin banyak ujian. Baik itu ujian dari dalam, maupun dari luar rumah tangga. Ujian dari dalam yang akhir2 ini jadi bahan refleksiku adalah....... ternyata kami belum 100% saling mengenal satu sama lain 🤣 masih suka baper kalau ada nada bicara yang ngga sesuai preferensi pribadi, atau merasa sudah cukup mencintai pasangan dengan cara sendiri padahal pasangan ingin dicintai dengan cara yang dia mau 🤣

Intinya sih pernikahan itu memang proses mengenal seumur hidup. Selera bisa berubah, kemauan pun belum tentu selalu sama setiap waktu. Yang penting tetap menjaga tujuan awal menikah, yaitu tuk beribadah kepada Allah dan membentuk keluarga yg lurus dan bermanfaat.

Wiguna-Sekar masih belajar.
Semoga selalu Allah bimbing dan Allah langgengkan di dunia hingga surga. Aamiin. ❤️


15 Juli 2017 - 15 Desember 2020


@sekarkasih


#KeluargaWigunaSekar #MarriageThought  #anniversary #nikah #hijrah #couple #muslim #pernikahan #endlesslove

2021

Tuesday, December 15, 2020

Bismillah.
Semoga Allah mampukan.