Tuesday Night

Tuesday, November 8, 2011

Selintas pemandangan sederhana berhasil menginspirasi saya. Sebetulnya bukan hal yang “aneh”, tapi cukup menarik perhatian. Malam hari sekitar jam 9 ketika sebuah toko komputer sedang persiapan menutup toko, datanglah seorang ayah, ibu, dan seorang anak lelaki yang sedang hunting laptop. Pramuniaga di toko tersebut akhirnya melayani, menjelaskan spesifikasi dari beberapa laptop yang didisplay. Lama saya memperhatikan mereka. Sang ayah tampak antusias bertanya pada penjaga toko (memilihkan laptop yang terbaik untuk sang anak), sang ibu berdiri di belakang sang suami sambil memegang dompet, sedangkan sang anak justru terlihat “pasrah” dengan apapun laptop pilihan ayahnya. Ya, pemandangan yang biasa, bukan? So, what interests me???

Saat melihat “pemandangan” tersebut, tiba-tiba saya teringat keluarga saya di Tangerang sana, terutama kedua orang tua (semoga mereka dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin). Betapa saya beruntung dan bersyukur masih memiliki orang tua secara lengkap yang penuh perhatian dan kasih sayang, juga kedua saudara kandung yang membuat hidup saya makin berwarna. Saya teringat ketika pertama kali datang ke Malang untuk keperluan daftar ulang kuliah, kami pergi berlima. Ya, BERLIMA. Saya, ayah, mama, aa, dan adik. Mungkin terkesan berlebihan (daftar ulang saja kenapa harus rame-rame?), tapi begitulah adanya. Saat itu kebetulan aa sedang libur kuliah sedangkan adik saya terpaksa izin dari sekolahnya untuk beberapa hari. Hmmm. Saya merasa menjadi “primadona” ketika perhatian seluruh anggota keluarga tercurah pada saya.

Lalu saat saya berangkat ke Malang untuk kedua kalinya (menjelang ospek). Saya sangat ingat betapa menjelang tanggal keberangkatan tiba-tiba perasaan saya menjadi tak menentu. Satu kaki saya ingin segera menjejak di Malang, tapi kaki saya yang lain seolah menolak untuk meninggalkan Tangerang. Tiba-tiba juga saya nggak mau kemana-mana, maunya terus ada di rumah. Saya merasa selama ini kurang banyak menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta. Well, terkadang kita merasakan arti kehadiran seseorang justru ketika ia sudah tak ada dalam kehidupan kita.

Mama saya pernah bilang, “Kalo mama pikir-pikir, kamu tuh beruntung banget ya, Teh. Daftar kuliah dianterin orang tua, cari kosan juga ditemenin. Mama mah dulu boro-boro. Sampe mama selesai ngekos pun nenek nggak pernah tau di mana kosan mama….”. Saat mendengar itu, jujur, saya benar-benar bersyukur. Alhamdulillah. Allah sangat sayang pada saya. Allah “menitipkan” saya pada orang yang tepat. Saya berada di lingkungan keluarga yang suportif, yang selalu mendukung apapun yang saya lakukan. Saya juga punya teman-teman yang senantiasa mengingatkan saya pada-Nya, tak segan menarik saya kembali ketika saya berada di “persimpangan” dan tak segan menegur ketika saya “menyimpang”. Ah, betapa semuanya tak terlukiskan dengan kata-kata. Hanya syukur yang bisa mewakili semuanya.

Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?

2 comments:

lll123 said...

kehangatan keluarga emang tiada tara ya :)

Annisa Sekar Kasih said...

iya kak... terasa banget pas udah jauh -____-

Post a Comment