Di dunia ini, begitu banyak manusia yang nggak suka kalo
dikasih tenggat waktu (baca : deadline). Satu dari demikian banyak manusia itu
salah satunya adalah teman saya, sebut saja Gamma (teringat pelajaran
Statistika Matematika II tadi pagi, bahas distribusi Gamma. Tapi sebenarnya
penyamaran nama dia menjadi Gamma ini terlalu bagus, fiuhhh). Memangnya si
Gamma ini kenapa? Dia bukan nggak suka deadline sih. Yah, saya cuma pengen
kasih tahu kalo Gamma itu nggak suka denger kata “deadline”. Bila berbicara
dengannya dan bermaksud menyampaikan, “Gamma,
tolong kerjain blablabla ya, pokoknya sebelum hari Kamis sudah harus
selesai”, please don’t ever say “Gamma,
deadlinenya hari Kamis lho”, karena dia tak akan menyukainya. Dia pasti akan
sangat merasa tertekan. Kasihan. Tapi saya jadi mengerti satu hal, bahwa
kata-kata bisa memberi sugesti yang berbeda. Dari si Gamma juga saya jadi
belajar bahwa kita harus memperlakukan orang seperti yang disukainya. Btw, ini
kenapa jadi ngomongin Gamma? Sejauh manakah hubungan antara deadline dan Gamma?
@_@
Kembali ngomongin deadline. Deadline itu rasanya sesuatu
sekali, semacam mengancam keberlangsungan istirahat, semacam menyita waktu
tidur, semacam mengurangi waktu luang, semacam menguras energy, pikiran, harta,
dan lain sebagainya. Jujur, saya termasuk orang yang senang bila diberi
deadline, karena saya tahu sesudah deadline pasti saya akan diberi tugas baru
(lho?). Karena saya tahu, setelah hujan pasti ada kemungkinan untuk muncul
pelangi. Kalo ada deadline, saya *biasanya* lebih semangat untuk menyelesaikan
apa yang seharusnya diselesaikan (?), daripada kena sanksi tambahan tugas
hayooo. Dengan adanya deadline, saya belajar untuk memanfaatkan waktu dengan
baik dan benar sehingga jangan sampai ada waktu yang habis tak berguna. Dari
deadline juga saya belajar untuk mempertimbangkan kemampuan diri, ketersediaan
waktu, dan faktor lain beserta epsilon supaya setidaknya bisa membentuk
persamaan linear regresi sederhana, dengan Metode Kuadrat Terkecil, atau Metode
Moment, atau Maximum Likelihood. Ini ngomongin apa sih?
Tahukah? Saat ini saya sedang agak dilemma. Kenapa? Soalnya
deadline suatu hal yang sedang saya ikuti prosesnya begitu luammmaaa. Selama
perjalanan proses, terjadi fluktuasi pada mood, semangat, dan optimisme saya
terkait akan adanya pelangi setelah hujan yang deras. Dari yang awalnya
semangat banget, niat banget, seneng banget, optimis banget, di tengah jalan
berbelok menjadi semangat aja, niat aja, seneng aja, sama optimis aja. Alay
banget sih gue bikin perumpamaannya X___X
Selama perjalanan proses, setan pun tetap berkeliaran. Dari
berbagai arah yang dia suka, dia bisikkan kata-kata cantik nan menggoda.
Dampaknya, niat baik pun bisa berbelok di tengah perjalanan, nggak cuma setelah
proses berhasil diselesaikan dan hasil sesuai yang diharapkan. Jangankan di
perjalanan yang penuh aral melintang, di jalan yang lurus, aman, dan bebas
hambatan pun niat seseorang bisa saja berbelok. Tak lagi untuk memperbanyak
pahala, tapi hanya untuk mendapat pujian dari sesama manusia. Yah, namanya juga
manusia, resistansinya kan beda. Itulah mengapa kita harus selalu meluruskan
niat di awal, di tengah, dan di akhir perjalanan. Perbuatan kita bisa saja
sama, tapi Allah akan memberi balasan sesuai dengan apa yang kita niatkan. Rugi
deh ya manusia yang mengira sudah berbuat sebaik-baiknya tetapi niatnya bukan
untuk Allah Ta’ala. Mari periksa hati & niat kita :)
Oh iya, saya jadi semakin sadar, bahwa hati manusia
benar-benar berada dalam genggaman-Nya. Dengan mudah Ia membolak-balik hati
siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Makanya ada do’a untuk meneguhkan
hati, “Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qolbi ‘alaa diinika wa tha’atik”.
Semoga semua ini aku lakukan untuk-Mu dan memang hanya untuk-Mu, aamiin ya Rabb....