The moment you are ready to
quit is usually the moment right before a miracle happens.
(Anonymous)
Sore itu, saya ingat sekali hari Rabu tanggal 17 Desember 2014, saya berencana mengundurkan diri dari pengerjaan skripsi di semester 7. Saya memang sudah mengajukan topik skripsi dan sudah mendapat dosen pembimbing, tetapi belum mulai mengerjakan, hehe. Sudah beberapa kali konsultasi membawa berbagai ide ke beliau, tetapi belum matang. Saya pun memang kurang memfokuskan pikiran ke sana. Alhasil, dengan deadline pendaftaran seminar proposal skripsi yang tersisa 2 minggu (dengan kondisi ide penelitian belum matang, proposal pun belum digarap) saya merasa tidak yakin bisa mengejar. Saya sangat menyesali waktu yang tidak saya manfaatkan dengan baik. Saya pun memutuskan untuk memilih mengerjakan skripsi di semester depan saja meskipun dengan konsekuensi harus mengganti topic dan mencari dosen pembimbing baru. Tak apalah, pikir saya. Akhirnya, di sore hari itu, saya menghadap dosen yang sebelumnya sudah ditunjuk untuk membimbing saya di semester ini untuk menyampaikan hal tersebut. Oh iya, nama beliau Achmad Efendi. Saya memanggilnya Pak Efendi.
Saya memasuki ruangan beliau dengan agak tegang. Seperti biasa, beliau menyambut dengan sangat ramah. Jujur, senyumnya membuat niat saya untuk mengundurkan diri menjadi sedikit tergoyahkan. Kami pun duduk berhadapan, dibatasi meja kerja beliau.
Saya : Hmmm. Pak, mohon maaf saya baru menghadap lagi.
Pak Efendi : Iya nggak apa-apa. Anda sibuk ya?
Saya : *dalam hati pengen nangis karena banyak menyia-nyiakan waktu*. Hehe. Enggak juga sih, Pak. PEMIRA-nya baru selesai kemarin.
Pak Efendi : Oh gitu. Selain di DPM Anda sibuk di mana lagi?
Saya : Nggak ada, Pak. Di kampus ini di DPM saja.
Pak Efendi : Mmmmmmm *Cuma bergumam sambil angguk-angguk*
Kemudian kami saling diam beberapa saat.
Saya : Pak, saya boleh cerita gaaa? *dengan nada memelas kaya mau curhat ke sahabat*
Pak Efendi : Iya boleh. Silakan. Ada apa?
Saya : Ngggg. Gini, Pak. Pendaftaran sempro (seminar proposal) terakhir tanggal 31 Desember, sedangkan sekarang sudah tanggal 17 Desember. Hmmmm. Menurut Bapak, kira-kira saya bisa menyelesaikan proposal dalam waktu dua minggu itu gak?
Sore itu, saya ingat sekali hari Rabu tanggal 17 Desember 2014, saya berencana mengundurkan diri dari pengerjaan skripsi di semester 7. Saya memang sudah mengajukan topik skripsi dan sudah mendapat dosen pembimbing, tetapi belum mulai mengerjakan, hehe. Sudah beberapa kali konsultasi membawa berbagai ide ke beliau, tetapi belum matang. Saya pun memang kurang memfokuskan pikiran ke sana. Alhasil, dengan deadline pendaftaran seminar proposal skripsi yang tersisa 2 minggu (dengan kondisi ide penelitian belum matang, proposal pun belum digarap) saya merasa tidak yakin bisa mengejar. Saya sangat menyesali waktu yang tidak saya manfaatkan dengan baik. Saya pun memutuskan untuk memilih mengerjakan skripsi di semester depan saja meskipun dengan konsekuensi harus mengganti topic dan mencari dosen pembimbing baru. Tak apalah, pikir saya. Akhirnya, di sore hari itu, saya menghadap dosen yang sebelumnya sudah ditunjuk untuk membimbing saya di semester ini untuk menyampaikan hal tersebut. Oh iya, nama beliau Achmad Efendi. Saya memanggilnya Pak Efendi.
Saya memasuki ruangan beliau dengan agak tegang. Seperti biasa, beliau menyambut dengan sangat ramah. Jujur, senyumnya membuat niat saya untuk mengundurkan diri menjadi sedikit tergoyahkan. Kami pun duduk berhadapan, dibatasi meja kerja beliau.
Saya : Hmmm. Pak, mohon maaf saya baru menghadap lagi.
Pak Efendi : Iya nggak apa-apa. Anda sibuk ya?
Saya : *dalam hati pengen nangis karena banyak menyia-nyiakan waktu*. Hehe. Enggak juga sih, Pak. PEMIRA-nya baru selesai kemarin.
Pak Efendi : Oh gitu. Selain di DPM Anda sibuk di mana lagi?
Saya : Nggak ada, Pak. Di kampus ini di DPM saja.
Pak Efendi : Mmmmmmm *Cuma bergumam sambil angguk-angguk*
Kemudian kami saling diam beberapa saat.
Saya : Pak, saya boleh cerita gaaa? *dengan nada memelas kaya mau curhat ke sahabat*
Pak Efendi : Iya boleh. Silakan. Ada apa?
Saya : Ngggg. Gini, Pak. Pendaftaran sempro (seminar proposal) terakhir tanggal 31 Desember, sedangkan sekarang sudah tanggal 17 Desember. Hmmmm. Menurut Bapak, kira-kira saya bisa menyelesaikan proposal dalam waktu dua minggu itu gak?
Pak Efendi :
*tersenyum bijak*. Ya bisa saja. Kenapa tidak?
Saya : Jujur,
tadi sebelum masuk ruangan ini saya berfikir untuk menunda skripsi jadi
semester depan aja Pak....
Pak Efendi : *tertawa*.
Lho lho lho. Kenapa? Anda kok seperti hilang harapan?
Saya :
*hening*
Pak Efendi : Insya
Allah bisa. Kita kan masih punya waktu dua minggu. Cukup untuk mematangkan
kembali ide-ide yang kemarin sudah sempat kita diskusikan. Dikerjakan saja. Nanti
biar dosen penguji memberi banyak saran ketika sempro.
Saya : Hmmm.
Iya deh, Pak. Saya optimis bisa. Insya Allah saya tetap lanjut mengerjakan.
*suasana hati mulai membaik, baru mendapat secercah harapan*
Pak Efendi :
Pengennya saya justru semua mahasiswa bimbingan saya bisa seminar proposal di
semester ini, supaya semester depan bisa mulai penelitian.
Saya : Iya
Pak, saya juga pengennya gitu.*senyum*
Saya : Oh iya,
barusan Kurnia dan Aulia (dua teman saya yang juga dibimbing oleh beliau) juga
sempat sama dengan saya, Pak. Terfikir untuk menunda skripsi ke semester depan,
hehehe. *udah agak santai mood ngobrolnya*
Pak Efendi : Kalian
ini kenapa sih? *tertawa heran sambil geleng-geleng kepala*
Saya : Hehehe.
*Cuma bisa nyengir*
Pak Efendi : Padahal
ide mereka sudah matang. Mereka sudah menyerahkan proposal ke saya. Ini.
*menunjukkan proposal punya Kurnia dan Aulia*
Saya : *Cuma
bergumam ooooh sambil melirik ke proposal yang udah jadi. Sebetulnya iri, wkwk*
Pak Efendi : Sampai
kapanpun, pastinya akan merasa nggak siap. Yang penting dikerjakan saja. Ide
akan berkembang seiring Anda mengerjakan.
Saya : Siap,
Pak.
Pak Efendi : Ya
sudah. Kalau Bab 1 dan Bab 3 Anda sudah selesai, hari Jum’at kita diskusi lagi.
Lalu saya keluar ruangan dengan hati yang
ringan dan senyum sumringah. Sore itu, saya merasakan sekali kuasa Allah.
Betapa Ia Maha Pembolak-balik hati dan keadaan. Betapa ikhtiar sangat
diperlukan untuk menjemput takdir-Nya. Betapa Allah mengirimkan dosen
pembimbing yang sangat baik dan suportif. Ah. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah
yang kamu dustakan? *mau nangis*
Daaannnnn... singkat cerita, saya menghabiskan
waktu dua minggu dengan sangat sibuk untuk mengerjakan proposal demi mengejar
pendaftaran sempro. Tidur jam 1 malam hampir setiap hari, sering juga memilih untuk
begadang semalaman suntuk lalu tidur setelah shalat subuh. Pola hidup pun agak
berantakan, haha. Demi masa depan. Tanggal 31 Desember 2014 akhirnya jadwal
sempro saya disetujui untuk dilakukan tanggal 12 Januari 2015. Alhamdulillah.
Tanggal 1-8 Januari saya begadang lebih banyak dari yang saya lakukan selama
dua minggu sebelumnya. Lagi-lagi, Alhamdulillah. Senin 12 Januari 2015 saya
sudah melaksanakan berkat bantuan dan do’a dari banyak pihak. Sekarang tahap
lanjut mengerjakan analisis (bab 4 dan bab 5). Mohon do’anya :D
0 comments:
Post a Comment