Skripsi (1)

Thursday, February 19, 2015

The moment you are ready to quit is usually the moment right before a miracle happens.
(Anonymous)

Sore itu, saya
ingat sekali hari Rabu tanggal 17 Desember 2014, saya berencana mengundurkan diri dari pengerjaan skripsi di semester 7. Saya memang sudah mengajukan topik skripsi dan sudah mendapat dosen pembimbing, tetapi belum mulai mengerjakan, hehe. Sudah beberapa kali konsultasi membawa berbagai ide ke beliau, tetapi belum matang. Saya pun memang kurang memfokuskan pikiran ke sana. Alhasil,  dengan deadline pendaftaran seminar proposal skripsi yang tersisa 2 minggu (dengan kondisi ide penelitian belum matang, proposal pun belum digarap) saya merasa tidak yakin bisa mengejar. Saya sangat menyesali waktu yang tidak saya manfaatkan dengan baik. Saya pun memutuskan untuk memilih mengerjakan skripsi di semester depan saja meskipun dengan konsekuensi harus mengganti topic dan mencari dosen pembimbing baru. Tak apalah, pikir saya. Akhirnya, di sore hari itu, saya menghadap dosen yang sebelumnya sudah ditunjuk untuk membimbing saya di semester ini untuk menyampaikan hal tersebut. Oh iya, nama beliau Achmad Efendi. Saya memanggilnya Pak Efendi.

Saya
memasuki ruangan beliau dengan agak tegang. Seperti biasa, beliau menyambut dengan sangat ramah. Jujur, senyumnya membuat niat saya untuk mengundurkan diri menjadi sedikit tergoyahkan. Kami pun duduk berhadapan, dibatasi meja kerja beliau.

Saya : Hmmm. Pak, mohon
maaf saya baru menghadap lagi.
Pak Efendi : Iya
nggak apa-apa. Anda sibuk ya?
Saya : *dalam
hati pengen nangis karena banyak menyia-nyiakan waktu*. Hehe. Enggak juga sih, Pak. PEMIRA-nya baru selesai kemarin.
Pak Efendi : Oh gitu. Selain di DPM
Anda sibuk di mana lagi?
Saya : Nggak
ada, Pak. Di kampus ini di DPM saja.
Pak Efendi : Mmmmmmm *Cuma
bergumam sambil angguk-angguk*
Kemudian kami saling
diam beberapa saat.
Saya : Pak, saya
boleh cerita gaaa? *dengan nada memelas kaya mau curhat ke sahabat*
Pak Efendi : Iya
boleh. Silakan. Ada apa?
Saya : Ngggg. Gini, Pak. Pendaftaran
sempro (seminar proposal) terakhir tanggal 31 Desember, sedangkan sekarang sudah tanggal 17 Desember. Hmmmm. Menurut Bapak, kira-kira saya bisa menyelesaikan proposal dalam waktu dua minggu itu gak?
Pak Efendi : *tersenyum bijak*. Ya bisa saja. Kenapa tidak?
Saya : Jujur, tadi sebelum masuk ruangan ini saya berfikir untuk menunda skripsi jadi semester depan aja Pak....
Pak Efendi : *tertawa*. Lho lho lho. Kenapa? Anda kok seperti hilang harapan?
Saya : *hening*
Pak Efendi : Insya Allah bisa. Kita kan masih punya waktu dua minggu. Cukup untuk mematangkan kembali ide-ide yang kemarin sudah sempat kita diskusikan. Dikerjakan saja. Nanti biar dosen penguji memberi banyak saran ketika sempro.
Saya : Hmmm. Iya deh, Pak. Saya optimis bisa. Insya Allah saya tetap lanjut mengerjakan. *suasana hati mulai membaik, baru mendapat secercah harapan*
Pak Efendi : Pengennya saya justru semua mahasiswa bimbingan saya bisa seminar proposal di semester ini, supaya semester depan bisa mulai penelitian.
Saya : Iya Pak, saya juga pengennya gitu.*senyum*
Saya : Oh iya, barusan Kurnia dan Aulia (dua teman saya yang juga dibimbing oleh beliau) juga sempat sama dengan saya, Pak. Terfikir untuk menunda skripsi ke semester depan, hehehe. *udah agak santai mood ngobrolnya*
Pak Efendi : Kalian ini kenapa sih? *tertawa heran sambil geleng-geleng kepala*
Saya : Hehehe. *Cuma bisa nyengir*
Pak Efendi : Padahal ide mereka sudah matang. Mereka sudah menyerahkan proposal ke saya. Ini. *menunjukkan proposal punya Kurnia dan Aulia*
Saya : *Cuma bergumam ooooh sambil melirik ke proposal yang udah jadi. Sebetulnya iri, wkwk*
Pak Efendi : Sampai kapanpun, pastinya akan merasa nggak siap. Yang penting dikerjakan saja. Ide akan berkembang seiring Anda mengerjakan.
Saya : Siap, Pak.
Pak Efendi : Ya sudah. Kalau Bab 1 dan Bab 3 Anda sudah selesai, hari Jum’at kita diskusi lagi.


Lalu saya keluar ruangan dengan hati yang ringan dan senyum sumringah. Sore itu, saya merasakan sekali kuasa Allah. Betapa Ia Maha Pembolak-balik hati dan keadaan. Betapa ikhtiar sangat diperlukan untuk menjemput takdir-Nya. Betapa Allah mengirimkan dosen pembimbing yang sangat baik dan suportif. Ah. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan? *mau nangis*

Daaannnnn... singkat cerita, saya menghabiskan waktu dua minggu dengan sangat sibuk untuk mengerjakan proposal demi mengejar pendaftaran sempro. Tidur jam 1 malam hampir setiap hari, sering juga memilih untuk begadang semalaman suntuk lalu tidur setelah shalat subuh. Pola hidup pun agak berantakan, haha. Demi masa depan. Tanggal 31 Desember 2014 akhirnya jadwal sempro saya disetujui untuk dilakukan tanggal 12 Januari 2015. Alhamdulillah. Tanggal 1-8 Januari saya begadang lebih banyak dari yang saya lakukan selama dua minggu sebelumnya. Lagi-lagi, Alhamdulillah. Senin 12 Januari 2015 saya sudah melaksanakan berkat bantuan dan do’a dari banyak pihak. Sekarang tahap lanjut mengerjakan analisis (bab 4 dan bab 5). Mohon do’anya :D


0 comments:

Post a Comment