Kemarin malam tiba-tiba saya berencana untuk berkunjung ke rumah
saudara di Surabaya akhir pekan ini. Tadi siang saya menelepon salah seorang
sahabat yang kuliah di kota yang berbeda untuk sekadar bertanya kabar dan berbagi
cerita. Kemudian baru saja saya berencana untuk dalam waktu dekat ini
berkunjung ke kontrakan salah satu teman, melakukan suatu transaksi *tsaaah*.
Dan ketiga kegiatan tersebut mengerucutkan pemikiran saya pada satu inti
kegiatan, yaitu silaturahmi. Yap, dan saat ini saya ingin bercerita tentang silaturahmi
:)
Sepertinya kita sudah tidak asing dengan aktivitas silaturahmi. Sering
sekali kita mendengar orang bilang
“mau silaturahmi ke rumah saudara di Jakarta”,
atau “mau reunian nih sama temen-temen SMA” ,
atau “mau pulang kampung, ketemu orang tua dan adekku”,
atau “mau shalat berjama’ah di masjid, sekalian ketemu bapak-bapak
se-RW”,
atau “mau main ke tetangga”,
atau “mau nelepon sodara yang tinggal di Papua”,
atau “mau bales e-mail dari temenku yang kuliah di Amerika”,
atau “mau chatting sama temen yang ketemu di acara kemarin”,
atau yang lebih simpel lagi “lagi SMS-an sama temen, soalnya udah lama
gak ketemu”.
Menurut sang penulis sendiri, kira-kira kegiatan seperti itu bisa
dikatakan sebagai menjalin silaturahmi. Biasanya momen Idul Fitri dan Idul Adha
merupakan saat-saat yang paling mudah untuk bersilaturahmi langsung ke keluarga
besar (moment dan timingnya begitu mendukung). Selebihnya,
entah silaturahmi ke keluarga besar atau ke teman, mungkin lebih sering lewat
SMS, telepon, surat *masih jaman?*, e-mail, titip salam *misal kita ketemu si A
yang merupakan temen SMA kita, kebetulan dia satu jurusan kuliah dengan si B
yang teman TK kita, lalu terucaplah “salam ya buat si B”. Atau lewat jasa
siaran radio juga boleh*. Apalagi jaman sekarang sudah eranya WhatsApp-an,
BBM-an, Facebook-an, Twitter-an, Skype-an, dan lain-lain, dan kawan-kawan, dan
seterusnya. Seharusnya silaturahmi bisa terus terjalin dengan mudah :)
Lalu saya teringat manfaat silaturahmi yang ada di salah satu hadits :
“Barangsiapa yang menyukai untuk
mendapatkan kelapangan rezeki dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung
hubungan (silaturahmi) dengan saudaranya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bentuk rezeki kan macam-macam; bisa berbentuk materi, kesehatan,
kemudahan urusan, kebahagiaan hidup, teman, pasangan hidup, dll. Kalo boleh
saya membuat contoh, ketika seseorang senang bersilaturahmi, maka ia akan
memiliki banyak teman atau relasi (termasuk rezeki kan?). Dari relasi tersebut,
ia kemungkinan akan mendapat banyak tawaran kesempatan (lowongan pekerjaan,
beasiswa, oleh-oleh dari luar negeri, bahkan pakaian dan makanan. Itu termasuk
rezeki juga lho). Selain itu, karena sering bersilaturahmi, akhirnya timbul
rasa bersaudara dan saling memiliki sehingga ada sikap saling membantu dan
sebisa mungkin mempermudah urusan saudaranya. Nah, terlihat kan bentuk
“kelapangan rezeki”nya seperti apa? Semakin sering bersilaturahmi (apalagi bila
sekalian memperluas silaturahmi), insya Allah akan semakin baik :)
Kemudian tentang panjang umur. Salah satu yang saya pahami, “umur”
tidak sama dengan “usia”. Usia seseorang dilambangkan dengan bilangan lamanya
hidup (17, 26, 49, 63, dll), sedangkan umurnya cenderung dilambangkan dengan
ingatan seseorang tentangnya. Itulah mengapa bahasa lain dari meninggal adalah
tutup usia, bukan tutup umur. Itu pula mengapa banyak orang berkata, “Wah kamu
panjang umur, baru juga diomongin eh tiba-tiba dateng”, atau “Aku tadi
kepikiran kamu, eh semenit kemudian tiba-tiba kamu SMS. Panjang umur”. Pesan
tersiratnya mungkin adalah orang yang senang bersilaturahmi akan diingat orang,
dan itulah yang dimaksud dengan panjang umur. Atau memang di sanalah titik
kekuasaan Allah, memberi anugerah hidup (usia) yang panjang sebagai balasan ke
orang yang senang bersilaturahmi. Wallahu a’lam. Logika manusia seringnya tak
mampu berpikir sampai ke sana :)
Oh iya, ada lagi manfaat silaturahmi yang sering saya rasakan, yaitu
mendapat do’a dari orang yang kita silaturahimi. Setiap kali silaturahmi,
kemungkinan besar akan ditanya tentang kesibukan kita sekarang. Ambil contoh
saya yang menjawab “Masih kuliah”, biasanya akan dido’akan, “Oke deh, semoga
sukses kuliahnya. Cepet lulus, nilainya bagus, cepet dapet kerja, terus nanti
gajinya besar. Aamiin”. Kalo beruntung, ada tambahan do’a, “Semoga cepet ketemu
jodohnya” #eaaa. Bayangkan! Semakin sering kita silaturahmi, semakin banyak
kita dido’akan oleh orang lain. Enak kan? :D
Mari terus menjalin silaturahmi ^_^
Malang, 8 April 2013 23:14