Seringkah merasa “Aku kan maunya
begini, kok malah takdirnya begitu?”?
Allah memang baik. Mutlak.
Allah memberi apa yang kita butuhkan, bukan hanya apa yang kita
inginkan :)
=========================================================================
Hanya ingin sedikit berbagi pengalaman pribadi seperti kejadian di
atas. Semoga bisa diambil hikmahnya :)
Dulu ketika kelas dua SMP, saya sangat tak menyukai pelajaran Elektro.
Saya bahkan sudah bertekad untuk tidak mempelajarinya di kemudian hari.
Ternyata takdir berkata lain, saya malah “terjerumus” ke sekolah teknik. Dan
cinta itu berhasil tumbuh ;)
Dulu saya ingin sekali bersekolah di salah satu SMA Negeri terbaik di kota
saya. Anehnya, setelah diterima, saya malah memilih SMK Telkom Sandhy Putra
Jakarta -_____-. Ternyata, apa yang saya cari justru saya temukan di SMK sana
:)
*hanya saya yang tahu “apa” ;)
Dulu saya kagum dengan salah seorang kakak kelas saya yang akhwat (tetapi dulu saya belum mengerti
istilah akhwat, ikhwan, ukhti, akhi,
syuro, dll). Kagum dengan keshalihannya, kepribadiannya, kecerdasannya, dan
gaya berjilbabnya (?). Sempat mencoba ingin menjadi seperti dirinya, tapi belum
bisa *ciaaah*. Dan saat ini, saya *katanya* sudah menjadi akhwat.
Dulu sewaktu SMK saya ingin sekali mengikuti ekskul Tari Saman, tetapi
jam latihan tari Saman selalu berbarengan dengan jam pelaksanaan Keputrian.
Awalnya sih berniat datang Keputrian sebentar saja lalu segera ke tempat
latihan, tetapi setiap kali menyimak acara Keputrian rasanya saya nggak mau
beranjak. Akhirnya saya selalu rutin mengikutinya sampai selesai dan menemukan
hidayah dari sana ^^
*eh tapi sampai sekarang saya masih suka lho ngelihat tari Saman
Dulu saya pernah menyukai seseorang *ehem*, dan Alhamdulillah orang
tersebut malah menyukai teman saya. Memang “pahit” sih, kisah sinetron banget.
Tetapi kalau rasa suka saya berbalas saat itu, mungkin akan menjadi ujian
tersendiri bagi saya :P
Dulu saya pernah *tanpa sengaja dan tanpa bermaksud* menyalahgunakan
amanah yang diberikan, kemudian Allah menegur saya perlahan dengan Kasih-Nya.
Seiring berjalannya waktu, saya semakin belajar untuk berhati-hati dengan apa
yang saya miliki.
Dulu saya pengen masuk UI, eh ternyata masuknya ke UB. Meleset satu
huruf sih, hehe. Tapi ternyata, Subhanallah, perlahan saya menyadari makna
keberadaan saya di UB ini :)
Dulu saya pengen kuliah Teknik Elektro, tetapi sayangnya Teknik Elektro
tidak cukup pantas untuk mendapatkan mahasiswa seperti saya (?). Jadilah saya kuliah
Statistika. Dan ternyata, Statistika banyak sekali manfaatnya. Jadi tertantang
untuk menjadikannya kian bermanfaat. Sepertinya, menurut saya, Statistika lebih
“aman” untuk wanita :)
Ketika UAS semester dua kemarin, pernah saya pulang ke kosan sudah
menginjak malam hari dengan laptop yang baterainya habis. Saat belajar dan
ingin menyalakan laptop, saya baru menyadari bahwa chargernya tertinggal di sekret BEM, grrrrrrrrr. Padahal materi
untuk ujian besok pagi SEMUANYA ada di laptop. Lalu saya berhusnudzan bahwa
itulah cara Allah menyuruh saya istirahat, dan akhirnya saya tidur :p
Pernah di suatu mata kuliah yang materinya belum saya pahami, tiba-tiba
sang dosen menunjuk saya untuk mengerjakan soal di depan kelas. Sejujurnya saya
bingung apa yang akan saya kerjakan. Namun saya harus tetap terlihat cool *halah guayyya*, dan akhirnya saya
menjelaskan apa saja yang sekiranya bisa saya jelaskan (?). Sambil diperbaiki
juga sama dosennya, hehe. Alhamdulillah jadi paham :)
*manusia terkadang harus dipaksa. The Power of Kepepet.
Pernah juga saya menyesali pertemuan dengan seseorang yang Allah
takdirkan bertemu dengan saya (?), namun Allah selalu membimbing untuk mencari
sisi positif yang bisa diteladani darinya. Dan memang benar, belajar bisa dari
siapa saja :D
*dan ini sepertinya bukan pengalaman yang sedikit seperti yang kau
bilang di atas -_______-
+ + +
Cobalah temukan sejuta alasan untuk bersyukur dan mencari hikmah dari
setiap peristiwa :)
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
(Al-Baqarah : 269)
"Al-Hikmah adalah barang yang hilang dari orang mukmin, maka
di mana saja ia dapati, dia adalah orang yang paling berhak
terhadapnya"
(HR Imam at-Turmizi)
(HR Imam at-Turmizi)
Malang, 19 April 2013 08:35
0 comments:
Post a Comment