Masih lanjutan seri dari Satu Yang Pasti.
Lagi-lagi, belakangan ini saya banyak diingatkan oleh
Allah terkait hal-hal yang saya lewati di masa lalu. Kejadian yang membekas. Pikiran
yang pernah terlintas. Kata yang pernah terucap atau tertulis. Perbuatan yang pernah
terwujud laku. Dan hal-hal yang mana saya menjadi objeknya. Saya menyebutnya :
pelajaran hidup.
Ingatan itu datang silih berganti. Kadang saya teringat
pelajaran hidup sewaktu masih balita (pra sekolah), TK, SD, SMP, SMK, S1, S2,
bekerja, rapat, kegiatan organisasi, kegiatan di rumah, di tempat wisata, mall,
tempat kursus, dll. Di momen lain saya teringat pelajaran-pelajaran kehidupan
yang saya lalui Ketika masih single, sudah menjadi istri dan ketika menjadi
ibu. Sangat banyak. I remember almost every single thing in my life.
Alhamdulillah.
Ngga kebayang sih kalo hal-hal memalukan atau mendzalimi (yang kita perbuat) masih diingat oleh orang lain, atau oleh mereka yang saat itu “beririsan” dengan kita. Apalagi kalau mereka ngingetin saya tentang hal2 itu. Saya yang inget sendiri
aja maluuu. Asli, malu bangeeeet, huhu. Betapa minimnya ilmu saya waktu itu.
Betapa kurang banyak referensi pergaulan saya di masa lalu. Betapa belum
matangnya pemikiran dan kedewasaan. Betapa sombongnya diri ini yang merasa
sebagai sentris (pusat) sehingga seringkali tanpa sadar menuntut orang lain
harus begini begitu terhadap saya. Astaghfirullah T___T
Semoga Allah melapangkan hati anak, suami, orang tua,
saudara kandung, mertua, ipar, saudara jauh, teman2, guru2, rekan kerja, klien,
dosen, penjual makanan, dan siapapun itu, untuk memaafkan kesalahan saya yang
mengena di hati mereka. Hikssssss.
Dari kejadian ini saya jadi belajar betapa tidak
nyamannya ketika aib kita dibuka, bahkan jika dibuka hanya ke diri kita sendiri.
Misalnya ketika Allah mengingatkan kita akan suatu momen, atau ketika teman
meledek keadaan atau kesalahan kita di masa lalu secara personal. Ya Allah.
T___T
Saya mencoba mengingat lagi, barangkali saya pernah secara
sadar atau tanpa sadar membuka aib seseorang. Astaghfirullah.
Ya Allah, saksikan niat ini. Ke depannya ketika saya
mendapati ada suatu hal yang ngga menyenangkan bagi seseorang (aib atau kisahnya
di masa lalu), saya berusaha untuk tidak membukanya. Selama bukan utang piutang
dan urusannya hanya dengan saya (tidak ada pihak lain yang terlibat), cukup
saya simpan dalam pikiran dan maafkan dalam hati, tanpa perlu mengungkit momen itu
ke yang bersangkutan. Semoga hati saya juga jadi lebih tenang.
Saya juga berharap sebaliknya. Ketika ada orang lain
yang mengetahui aib saya, semoga Allah melembutkan hatinya untuk membantu
menutupi aib tersebut. Semoga Allah menutupi aib-aib saya. Hikssss. Aamiin.
Yuk kita saling menutupi aib. Seperti hadits berikut :
"Barang
siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aib orang tersebut
di dunia dan akhirat" (HR Ibnu Majah).
Oh ya di postingan ini saya sama sekali ngga
menceritakan atau memberi contoh kejadian2 di masa lalu yang membuat saya malu
pernah melakukan/mengucapkan/memikirkannya.
Kalau Allah sudah menutupi aib-aib saya, lantas kenapa
saya sendiri yang malah mengumbarnya? Ya nggak sih?
Tangerang, 21 November 2020 02:04 dini hari
@sekarkasih
Lagi banyak muhasabah diri dan mengingat kematian.
0 comments:
Post a Comment