Aib - Pelajaran Hidup | Satu Yang Pasti #2

Saturday, November 21, 2020

Masih lanjutan seri dari Satu Yang Pasti.

 

Lagi-lagi, belakangan ini saya banyak diingatkan oleh Allah terkait hal-hal yang saya lewati di masa lalu. Kejadian yang membekas. Pikiran yang pernah terlintas. Kata yang pernah terucap atau tertulis. Perbuatan yang pernah terwujud laku. Dan hal-hal yang mana saya menjadi objeknya. Saya menyebutnya : pelajaran hidup.

 

Ingatan itu datang silih berganti. Kadang saya teringat pelajaran hidup sewaktu masih balita (pra sekolah), TK, SD, SMP, SMK, S1, S2, bekerja, rapat, kegiatan organisasi, kegiatan di rumah, di tempat wisata, mall, tempat kursus, dll. Di momen lain saya teringat pelajaran-pelajaran kehidupan yang saya lalui Ketika masih single, sudah menjadi istri dan ketika menjadi ibu. Sangat banyak. I remember almost every single thing in my life. Alhamdulillah.

 

Ngga kebayang sih kalo hal-hal memalukan atau mendzalimi (yang kita perbuat) masih diingat oleh orang lain, atau oleh mereka yang saat itu “beririsan” dengan kita. Apalagi kalau mereka ngingetin saya tentang hal2 itu. Saya yang inget sendiri aja maluuu. Asli, malu bangeeeet, huhu. Betapa minimnya ilmu saya waktu itu. Betapa kurang banyak referensi pergaulan saya di masa lalu. Betapa belum matangnya pemikiran dan kedewasaan. Betapa sombongnya diri ini yang merasa sebagai sentris (pusat) sehingga seringkali tanpa sadar menuntut orang lain harus begini begitu terhadap saya. Astaghfirullah T___T

 

Semoga Allah melapangkan hati anak, suami, orang tua, saudara kandung, mertua, ipar, saudara jauh, teman2, guru2, rekan kerja, klien, dosen, penjual makanan, dan siapapun itu, untuk memaafkan kesalahan saya yang mengena di hati mereka. Hikssssss.

 

Dari kejadian ini saya jadi belajar betapa tidak nyamannya ketika aib kita dibuka, bahkan jika dibuka hanya ke diri kita sendiri. Misalnya ketika Allah mengingatkan kita akan suatu momen, atau ketika teman meledek keadaan atau kesalahan kita di masa lalu secara personal. Ya Allah. T___T

Saya mencoba mengingat lagi, barangkali saya pernah secara sadar atau tanpa sadar membuka aib seseorang. Astaghfirullah.

Ya Allah, saksikan niat ini. Ke depannya ketika saya mendapati ada suatu hal yang ngga menyenangkan bagi seseorang (aib atau kisahnya di masa lalu), saya berusaha untuk tidak membukanya. Selama bukan utang piutang dan urusannya hanya dengan saya (tidak ada pihak lain yang terlibat), cukup saya simpan dalam pikiran dan maafkan dalam hati, tanpa perlu mengungkit momen itu ke yang bersangkutan. Semoga hati saya juga jadi lebih tenang.

Saya juga berharap sebaliknya. Ketika ada orang lain yang mengetahui aib saya, semoga Allah melembutkan hatinya untuk membantu menutupi aib tersebut. Semoga Allah menutupi aib-aib saya. Hikssss. Aamiin.

Yuk kita saling menutupi aib. Seperti hadits berikut : "Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat" (HR Ibnu Majah).

 

Oh ya di postingan ini saya sama sekali ngga menceritakan atau memberi contoh kejadian2 di masa lalu yang membuat saya malu pernah melakukan/mengucapkan/memikirkannya.

Kalau Allah sudah menutupi aib-aib saya, lantas kenapa saya sendiri yang malah mengumbarnya? Ya nggak sih?

 

 

Tangerang, 21 November 2020     02:04 dini hari

@sekarkasih

Lagi banyak muhasabah diri dan mengingat kematian.

0 comments:

Post a Comment