Rezeki

Tuesday, December 6, 2011

 “… jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Yunus : 107)

Bismillah.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya, sepenggal kalimat dengan makna yang luar biasa itu selalu kita baca di awal setiap aktivitas kita. Iya kan? Insya Allah iya ya, hehe... Aamiin =)

Saya mau berbagi cerita, terinspirasi dari salah satu kejadian tadi pagi dan ayat Al-Qur’an yang saya cantumkan di awal posting ini. Begini ceritanya….

Tadi pagi salah satu sahabat saya, Nanda, ditelpon oleh pihak Kemahasiswaan FMIPA ketika masih berada di kostnya. Tak disangka, telpon tersebut berisi kabar bahwa ia mendapatkan beasiswa PPA (kalo nggak salah sih penghargaan prestasi akademik gitu deh, saya dan dia juga kurang tau apa kepanjangannya :p). Nanda heran. Dia tidak mengetahui adanya beasiswa tersebut. Dari program studi Statistika ternyata ada beberapa orang lagi yang juga mendapat beasiswa yang sama. Akhirnya pihak Kemahasiswaan menyebutkan nama-nama penerima beasiswa lainnya sekaligus meminta tolong kepada Nanda untuk memberitahukan kabar ini kepada mereka agar segera menyiapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk mencairkan beasiswa *emangnya es? :p*.
 Oke, episode Nanda berakhir di sini.

Sesampainya di kelas *kebetulan saya dan Nanda datang berbarengan karena kami habis belajar di mushala*, Nanda menceritakan hal ini kepada Suci, yang juga sahabat kami. Ternyata Suci juga merupakan salah satu penerima beasiswa tersebut. Suci heran, “kok bisa dapet beasiswa? kayanya aku nggak daftar deh…”. Ketika teman-teman lain menanyakan kenapa mereka bisa mendapat beasiswa, mereka pun bingung menjawabnya. Ya, Suci dan Nanda sama-sama bingung terhadap “durian runtuh” yang menimpa mereka. Mereka sama sekali tidak apply beasiswa, bahkan mengetahui berita adanya beasiswa tersebut pun tidak, tetapi justru mereka yang terpilih. Rezeki memang nggak kemana-mana =)
Episode Suci juga berakhir di sini.

Well… yeah… intinya saya mau tadabbur terhadap salah satu ayat Qur’an di surat Yunus (10) ayat 107 : “… jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya…”. Allah Maha Berkehendak. Jika Ia berkata “Jadilah!”, maka jadilah ia. Ia tempat bergantung, tempat meminta. Ia Maha Kaya. Langit, bumi, beserta seluruh isi di antara keduanya adalah milik-Nya. Sudah menjadi “hukum alam” bahwa ketika kita menginginkan sesuatu maka kita harus minta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Kita “mupeng” sama mangga di pohon milik tetangga. Daripada malah bikin dosa dengan mengambil mangga tersebut diam-diam, lebih baik kita berterus terang pada sang pemilik. Pasti terasa sungkan ya ketika kita harus meminta, secara memberi itu lebih baik daripada menerima, apalagi meminta. Mungkin dia menolak. Mungkin dia mengizinkan dan langsung mempersilakan kita untuk memetiknya. Mungkin dia meminta kita bersabar, dia berjanji memberikannya pada kita saat panen tiba. Alternatif selain meminta ya berarti kita harus membeli di pasar, hehe. Setidaknya kan kita sudah berusaha untuk tidak terjerumus ke dalam lembah dosa.

Bicara meminta….
Hmm, Allah kan Maha Pengasih dan Penyayang. Ia mengasihi semua makhluk-Nya, namun hanya orang-orang beriman lah yang berhak mendapat kasih sayang-Nya.  Pada surat Al-Mu’min (40) ayat 60 : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” jelas sudah bahwa Allah menyuruh kita meminta apapun kepada-Nya. So, tak ada tuh alasan untuk meminta bantuan “orang pintar” dalam memenuhi hajat-hajat kita. Bukankah “orang pintar” tersebut juga masih bergantung kepada pihak lain yang lebih pintar darinya? Bukankah sebesar apapun yang kita minta tetaplah hanya bagian yang sangat kecil dari seluruh kekayaan-Nya? Mudah saja bagi Allah memberikannya untuk kita, tetapi Ia pun ingin melihat sejauh mana kita berusaha mendapatkannya. Di sini kita dituntut untuk “memantaskan” diri dengan apa yang kita minta. The only way is… Ikhtiar yang diiringi do’a, setelah itu tawakkal terhadap segala keputusan-Nya. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk kita =)

Kembali ke beasiswa.
Mengapa kedua sahabat saya bisa terpilih dari sekitar 600 mahasiswa baru lainnya yang tentunya memiliki kesempatan yang sama? Mengapa tak ada nama saya dalam daftar penerima beasiswa itu?
Saya tak mau terlalu memikirkannya. Ini semua misteri Illahi *kaya judul lagu :p*. Lebih baik saya “memantaskan” diri untuk bisa menerima beasiswa dengan bersungguh-sungguh menjalani kuliah, berprestasi, aktif berorganisasi, dan tetap dakwah juga tentunya.  Sekilas  “teguran” bahwa mungkin saya belum menjalani itu semua dengan seimbang, apalagi mencapai kata maksimal. Allah Menghendaki saya untuk terlebih dahulu merasakan pahitnya perjuangan sebelum akhirnya menengguk manisnya kemenangan.

Saya yakin kedua sahabat saya itu termasuk orang  yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Sekali lagi, kalo rezeki emang nggak bakal kemana-mana. Saya pun berharap semoga saya bisa menjadi salah satu yang Dia kehendaki untuk mendapat beasiswa, aamiin =)

Anyway, turut senang atas prestasi kedua sahabat saya itu. Congratulation! I’m very proud of you, guys… :D

Semoga apapun yang terjadi tak sedikitpun menyurutkan keyakinanku akan janji-Mu….

0 comments:

Post a Comment