Taaruf 19 Maret 2017 | #TaarufWigunaSekar

Thursday, March 19, 2020


Tiga tahun yang lalu, 19 Maret 2017, adalah salah satu hari bersejarah buatku dan @wigunaprasetyo . Di  Minggu sore itu, setelah shalat Ashar, kami janjian untuk bertemu di Masjid Al-Hakim BSD Serpong. Bukan pertemuan biasa, melainkan pertemuan untuk saling mengenal. Yes, taaruf istilahnya. Tentu kami tidak berduaan, tapi ditemani oleh guruku dan suaminya yang jadi perantara kami.


Kikuk? Woyaaaa jelaaassss.
Yha gimana seeeh. Biasanya ku ketemu dirinya cuma secara gak sengaja, pas lagi bukber kelas atau kondangan teman sekolah. Tanpa janjian, juga tanpa obrolan yang bermakna (alias cuma basa-basi). Deg-degan dong, kali ini ketemunya dalam pertemuan serius dan mau bahas hal yang serius, hihi.

Kami ber-empat (aku, @wigunaprasetyo , guruku dan suaminya) janjian pukul 16.00. Berbekal restu orang tua, siang hari setelah Zuhur ku sudah pamit keluar rumah karena di siang itu ada agenda rutin mingguan terlebih dahulu. Selesai acara siang, langsung meluncur ke Masjid Al-Hakim. Ku sampai di sana pukul 15.30, tepat ketika adzan Ashar berkumandang. Sengaja datang lebih cepat, agar bisa mengendalikan kegugupan yang tak karuan dengan shalat Ashar berjamaah di awal waktu.

Menjelang pukul 16.00, guruku datang sendirian. Ku dan beliau jadi punya waktu untuk mengobrol berdua. Banyak nasihat terkait taaruf dan pernikahan yang beliau sampaikan dengan santai. Rasanya begitu menenangkan. Pukul 16.50, suaminya datang menyusul dari kantor bersama calon suamiku. Oh iya, mereka bekerja di kantor yang sama. Sudah datang terlambat, tapi tak memberi kompensasi. Martabak atau jajanan minimarket gituuu. Huh! Eh tapi mereka malah makin terlambat ya kalo mampir2 dulu.



Singkat cerita, obrolan melingkar berempat itu dibuka oleh suami guruku. Setelah bertukar kabar, kami mengobrol serius tapi santai. Itu pertama kalinya ku kembali mendengar suara @wigunaprasetyo setelah sekian lama kami tak berjumpa dan saling bicara. Masih suara yang sama, suara teman sekelasku di SMK Telkom Jakarta dulu.

Calon suami menanyakan padaku seputar niat menikah, visi-misi keluarga yang mau dibangun, hak & kewajiban istri menurutku (beliau mau tau pandanganku), rencanaku untuk masa depan, dan studi kasus keluarga (misal terjadi keadaan XYZ lalu bagaimana menghadapinya). Aku juga menanyakan hal yang kurang lebih sama, meskipun sebagian jawabannya sudah kudapatkan dari proposal taaruf yang dikirimnya pada 17 Februari 2017 lalu.

Obrolan kami tak berlangsung lama. Maghrib menjelang. Karena keterbatasan waktu, ku belum sempat bertanya banyak. Akhirnya kami memutuskan untuk tanya-jawab lewat WhatsApp atau email selama beberapa hari ke depan. Tentu kami memilih tetap melalui perantara, agar kami lebih bisa menjaga hati. Tepatnya lebih bisa mengendalikan perasaan deg-deg-serrr dalam proses yang belum tentu berhasil ini. Kan masih ikhtiar.


Sesampainya di rumah, ku ceritakan obrolan kami pada orang tuaku. Yah, intinya sih mereka menyerahkan keputusan padaku. Aku yang akan menikah, aku yang akan menjalani. Semenjak menerima proposal taaruf dari @wigunaprasetyo, tak cuma aku yang shalat istikharah untuk mendapat petunjuk Allah. Ayah dan Mamaku juga. Tentunya mereka tak mau asal-asalan dalam memilih menantu.

Proses taaruf kami lanjutkan lewat WhatsApp. Salah satu pertanyaan yang kutanyakan ke @wigunaprasetyo, "Bagaimana alokasi pengelolaan penghasilan bulanan selama ini?". Ku tak menanyakan berapa gajinya, karena menurutku jawaban tentang alokasi pengelolaan keuangan dapat lebih memberi gambaran kepribadian seseorang. Selain itu, ku tak mau menjadikan nominal penghasilan sebagai pertimbangan menerima / menolak lamaran calon suami. Ku lebih melihat potensi diri dan ikhtiarnya. Ini memang subjektif.


Alhamdulillah. Allah sebaik-baiknya pemilik rencana. Allah yakinkan kami, Allah mudahkan kami ke proses selanjutnya. Dirancanglah agenda 16 April 2017, ketika @wigunaprasetyo akan datang  pertama kalinya ke rumahku, sendirian, langsung untuk menyampaikan niat baiknya pada orang tuaku. Pada 15 Juli 2017, Alhamdulillah Allah izinkan kami menjadi sepasang suami istri, menjalani ibadah berumah tangga yang sampai saat ini sudah berusia 2 tahun 8 bulan. Semoga bisa terus bersama di dunia hingga ke surga. Aamiin.

Taaruf bukan hanya sebelum menikah. Setelah menikah, kita pun masih melanjutkan proses saling mengenal. Kebiasaanku kebiasaanmu, kepribadianmu kepribadianku, keluargaku, keluargamu, aktivitasku aktivitasmu, semuaaanyaaa.

Selamat tiga tahun taaruf kita, Cintaaa @wigunaprasetyo 😊😊😊❤️❤️❤️



Love,
Sekar Kasih
Tangerang, 19 Maret 2020  18.55
#sekarkasih

0 comments:

Post a Comment